"SEBANYAK 5,04 juta rumah tangga usaha pertanian (RTP) se-Indonesia beralih kerja ke bidang nonpertanian sehingga dari 31,17 juta RTP (2003) kini menjadi 26,13 RTP (2013), rata-rata penurunan per tahun 1,75%," ujar Umar. "Itu sesuai hasil Sensus Pertanian 2013 (ST2013) dilakukan BPS Mei lalu, yang juga mencatat jumlah RTP di Lampung sebanyak 1.292.000 (2003) jadi 1.225.700 (2013), atau penurunan selama 10 tahun 5,13%." (BPS, ST2013)
"Disebut RTP jika ada salah satu anggota keluarga berusaha di kegiatan pertanian—tanaman pangan (padi dan palawija), hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan," timpal Amir. "Mobilitas sosial atau alih pekerjaan dari pertanian ke nonpertanian (industri/jasa) di negara berkembang suatu keniscayaan dalam transformasi struktural ekonomi, justru pertanda kemajuan! Semakin pesat peralihan kerja ke nonpertanian makin baik, karena makin banyak warga yang kesejahteraannya meningkat berkat pembangunan! Di negeri industri maju seperti Jepang, tinggal 15% warganya hidup di sektor pertanian mencukupi kebutuhan pangan seluruh bangsanya!"
"Itu teorinya!" tukas Umar. "Realitasnya, mayoritas yang alih kerja di negeri kita itu petani guram dan kelompok subsisten (buruh tani) yang berpendidikan rendah—menurut ST2003, 80% hanya tamatan SD—sehingga mereka tak mampu meraih lapangan kerja modern dengan tuntutan kapabilitas teknis tinggi! Mereka tumplek bekerja apa saja tanpa gaji standar di sektor informal! Kenyataan tak lebih baik dari hidup mereka di sektor pertanian!"
"Berarti terjadi anomali dalam mobilitas sosial petani, yang seharusnya menaikkan kesejahteraan keluarga, ternyata justru membuat mereka lebih sengsara, jatuh ke jurang sektor informal yang malah tak ada kepastian pendapatan!" tegas Amir. "Hal itu terjadi karena industrialisasinya 'salah pasang', lebih padat modal ketimbang padat karya, gagal menyerap tenaga kerja yang melimpah! Di lain sisi, pembangunan desa dan sektor pertanian kurang optimal, bukan saja tak memenuhi harapan, malah tak mampu memberi kecukupan hidup, membuat jutaan warga alih pekerjaan!"
"Anomali itu harus diurai semua alur dan sebab-akibatnya buat solusi komprehensif menyelamatkan puluhan juta warga yang terjebak anomali pembangunan!" timpal Umar.
"Untuk itu, Faisal Basri menyarankan merestorasi sektor pertanian! (Kompas.com, 9/12) Lalu, mulai seriuslah mengelola sumber daya maritim! Dua pertiga wilayah negara kita laut, panjang pantai 95.181 km, tapi 90% kebutuhan garam dari impor! Itu anomali nyata!"
0 komentar:
Posting Komentar