"SAAT mengalihkan penggunaan minyak tanah ke gas, dengan bonus kompor dan tabung gas gratis buat setiap warga di seantero negeri, ditegaskan cadangan gas negeri kita melimpah tak terbatas!" ujar Umar. "Ternyata periode kabinetnya belum usai, Pertamina sudah meneken kontrak pembelian gas alam cair dari AS, karena dalam waktu tak terlalu jauh ke depan konsumsi gas domestik tak lagi tertutupi produksi gas dalam negeri!"
"Begitu nasib rakyat jelata dibuat tambah sengsara dipaksa membeli gas per tabung dengan harga jauh lebih mahal dibanding membeli minyak tanah eceran per botol sesuai kemampuan!" timpal Amir. "Juga membuat orang berdosa, berwasangka memaksakan ganti minyak ke gas itu cari komisi dari proyek kompor dan tabung!"
"Itu sih nasi jadi bubur dengan kontrak pembelian gas alam cair 20 tahun dari AS yang diteken Direktur Pertamina Gas Hari Karyuliarto dengan perusahaan migas AS, Cheniere Energy Inc. pekan lalu (4/12)," kata Umar.
"Pasokan dari AS sebesar 0,8 juta ton/tahun mulai 2018 itu, menurut Hari, menutupi kebutuhan domestik kita yang pada 2025 mencapai 7,2 miliar kaki kubik/hari, dari 3,6 miliar kaki kubik/hari saat ini!" (Kompas.com, 6/12) "Oleh para pemimpin masa kini negeri kita dibuat jadi seperti kodok, melompat saat terkejut! Tak ada blue print komprehensif tentang kekayaan alam, dari hutan yang tahu-tahu ludes tak bisa ekspor kayu lagi, lalu kedelai, daging, bawang, garam, gula, buah, sayur, ikan, dan lain-lain yang tiba-tiba tergantung pada impor! Minyak bumi juga jadi net importer, lalu impor gas pula!" gerutu Amir.
"Dalam kasus gas lebih tragis lagi! Saat harga gas di pasar dunia 11 sampai 13 dolar AS per million metric british thermal units (mmbtu), gas kita dari kilang Tangguh, Papua Barat, dijual ke China hanya 3,5 dolar AS/mmbtu! Padahal untuk konsumsi dalam negeri, harganya dipatok setara 10 dolar AS/mmbtu!" "Itu pun mendingan, sejak 2006 sudah menjadi 3,5 dolar AS/mmbtu!" tegas Umar.
"Sebelumnya sejak 2002, harga gas dengan kontrak penjualan ke China 30 tahun itu hanya 2,4 dolar AS/mmbtu! Entah seperti apa bunyi kontrak awalnya, dari waktu ke waktu usaha penyesuaian harga ke pasar dunia dengan pembeli di China itu selalu gagal, padahal ekspornya jalan terus!" (Kompas.com, 5/12)
"Semua itu menunjukkan untuk kelas dunia para pemimpin kita pintar banget!" tukas Amir. "Jual gas 3,5 dolar AS/mmbtu, untuk membeli gas seharga 13 dolar AS/mmbtu, memberi subsidi pada konsumen gas di China 9,5 dolar AS/mmbtu!"
0 komentar:
Posting Komentar