"TAHUN 2013 terasa panjang untuk mencari solusi berbagai masalah bangsa, tetapi kebanyakan solusi itu seperti berulang memeras jerami untuk mendapatkan santan!" ujar Umar. "Salah satu contohnya solusi menahan penurunan kurs rupiah, saat mendekati Rp11 ribu/dolar AS dihadang dengan menaikkan BI rate! Ketika kurs rupiah terus meluncur, BI rate dan BI rate lagi yang dijadikan solusi! Hingga kurs rupiah tembus mapan lebih Rp12 ribu/dolar AS, tetap jerami BI rate yang diperas!"
"Contoh lain, swasembada daging sapi-diiklankan bertubi-tubi di televisi! Impor sapi bakalan dibatasi, sebagai gantinya disembelih sapi lokal—sampai sapi-sapi induk pun ikut dipotong!" timpal Amir. "Akibatnya terjadi krisis, kekurangan daging sapi! Solusinya, impor daging sapi! Jadi, program swasembada daging sapi menghasilkan solusi yang diulang terus—impor dan impor daging sapi!"
"Subsidi BBM dikurangi dengan menaikkan harga BBM subsidi! Kebijakan yang mulai berlaku 17 Juli itu menghemat subsidi pada APBN sekitar Rp40 triliunan!" lanjut Umar. "Namun, dengan depresiasi rupiah sepanjang 2013 sebesar 25%, dilengkapi penambahan mobil baru maupun migrasi pemakai nonsubsidi ke BBM subsidi, angka subsidi BBM akhir tahun naik jadi Rp50 triliun!
Jerami kenaikan harga tak cukup buat santan yang diinginkan!"
"Masalah BBM subsidi itu mengimbas ke impor BBM yang juga terus membengkak menekan neraca perdagangan, sekaligus memperberat defisit neraca berjalan—current account!" kata Amir.
"Solusi untuk itu dipasang RFID, radio pengontrol pemakaian BBM pada setiap mobil! Alat itu pun dijadikan jerami yang harus diperas untuk mendapatkan santan karena di sisi lain peningkatan konsumsi BBM dipompa mobil murah yang membanjiri pasar!"
"Tentu masih banyak contoh lain solusi memeras jerami untuk mendapatkan santan!
Seperti ekspor barang mentah berkelanjutan, tanpa kebijakan hilirisasi konkret yang dijalankan efektif!" tegas Umar. "Persoalannya memang pada kepiawaian beretorika, tanpa kemampuan mengimplementasikan! Sepanjang 2013, hal itu bisa dilihat di banyak sendi sosial ekonomi dan kehidupan berbangsa!"
"Tapi pengalaman itu guru yang paling bijaksana! Catatan atas pengalaman itu diharapkan bisa menjadi bandingan bagi pengambilan keputusan untuk solusi ke depan!" timpal Amir. "Seiring waktu, 2013 segera diganti 2014, tahun politik yang menjadi ajang evaluasi dan penentuan pilihan solusi baru! Pengalaman 2013 pun menjadi bekal memasuki 2014! Selamat tinggal 2013, selamat datang 2014!"
0 komentar:
Posting Komentar