"PEMERINTAH sementara bentukan rezim kudeta militer Mesir menyebut Ikhwanul Muslimin teroris, terlibat dalam serangan bom mobil ke markas polisi di Mansour, Selasa (24/12), yang menewaskan 16 orang!" ujar Umar. "Meski Kelompok Sinai mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom mobil tersebut, Menteri Pendidikan dan Wakil Perdana Menteri pemerintah sementara Hossam Issa berkukuh dengan tuduhan Al Ikhwan yang melatih dan mendanai milisi Sinai!" (Kompas.com, 26/12)
"Sebelumnya atas prakarsa penguasa hasil kudeta, Pengadilan Mesir melarang semua kegiatan Ikhwanul Muslimin, ribuan orang yang dituduh melanggar itu ditangkap!" timpal Amir.
"Label teroris diberikan penguasa terakhir ini sebagai provokasi pada rakyat Mesir menjelang referendum untuk meloloskan konstitusi baru yang mengukuhkan posisi rezim kudeta!" "Ikhwanul Muslimin gerakan sosial-politik yang didirikan Hasan Al Banna tahun 1926, memenangi pemilu 2012 usai revolusi penggulingan diktator Hosni Mubarak, dan tokoh Ikhwan Muhammad Mursi menjadi presiden Mesir pertama terpilih secara demokratis!" tegas Umar.
"Baru setahun memerintah, 3 Juli 2013 Mursi dikudeta militer pimpinan Jenderal El-Sissi, setelah unjuk rasa besar menentang Mursi dengan tuduhan rezim Mursi berusaha menguasai semua jabatan pemerintahan melalui konstitusi baru yang dia menangkan—juga lewat referendum—serta gagal dalam menangani ekonomi!"
"Kudeta itu ditentang massa pendukung Mursi di semua kota negeri itu, dengan lebih sejuta orang bertahan di lapangan Masjid Al-Adawiyah, Kairo!" timpal Amir.
"Penguasa militer membubarkan massa tersebut dengan berondongan senjata secara membabi buta ke massa, hingga lebih dari 1.000 orang tewas!
Penguasa menuduh pengunjuk rasa melanggar darurat nasional dengan jam malamnya yang diberlakukan sejak kudeta dengan penangkapan tokoh Ikhwanul Muslimin di seluruh negeri oleh militer!"
"Tindakan penguasa militer menumpas Ikhwanul Muslimin sampai akar-akarnya itu semakin keras menjelang referendum yang jadi dasar keabsahan kekuasaannya, karena sejauh ini kekuasaan rezim kudeta tak mendapat dukungan internasional!
Bahkan AS yang semula membantu militer Mesir 1,3 miliar dolar AS per tahun, ikut membatalkan dukungannya!" tegas Umar. "Hanya empat negara yang secara terbuka mendukung rezim kudeta Mesir dengan bantuan dana 12 miliar dolar AS, yakni Arab Saudi, Kuwait, UAE, dan Qatar!"
0 komentar:
Posting Komentar