Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Kinerja Rupiah Terburuk di Asia!


"RUPIAH tergelincir semakin parah! Senin (16/12) petang kurs tengah BI dan pasar spot ditutup kompak pada Rp12.105 per dolar AS!" ujar Umar. "Kurs tengah BI menunjukkan rupiah anjlok 25% sejak akhir 2012, sedang di pasar spot merosot 19%. Dengan itu, rupiah mencatat kinerja terburuk di Asia!" (Kompas.com, 17/12) 

"Kondisi rupiah yang seburuk itu akibat tertekan banyak masalah!" kata Amir. 

"Meski selama ini oleh BI terkesan terlalu ditonjolkan isu pengurangan stimulus (tapering) The Fed, masalah dalam negeri sebenarnya lebih serius! Dari pembayaran utang luar negeri dan bunganya yang jatuh tempo sebesar 21 miliar dolar AS pada triwulan akhir 2013, sampai defisit neraca pembayaran (current account) terakhir 3,8% PDB—sebelumnya selana 8 triwulan sebesar 4,4%! 

Belum lagi defisit APBN yang tambah besar terus—sudah tembus 10% APBN itu sendiri! Lalu defisit neraca perdagangan yang masih timbul-tenggelam! Semua itu menekan rupiah!"

"Hal yang cenderung membuat rupiah semakin berat tertekan justru terletak pada sikap pemerintah!" tegas Umar. "Karena memang soal rupiah itu tanggung jawab BI, pemerintah bukan cuma secara terbuka menyerahkan nasib rupiah sepenuhnya pada BI, melainkan juga acap membuat kebijakan inflatoar, menekan rupiah! 

Misal, menaikkan harga BBM yang seharusnya bertahap dilakukan sekaligus setelah menundanya bertahun-tahun!" "Begitulah kalau buat setiap kebijakannya pemerintah lebih menyandarkan dasarnya pada citra, bukan pada realitas tuntutan masalahnya!" tukas Amir. 

"Untuk itu pula, ada kecenderungan sikap pemerintah menempatkan BI sebagai subordinat dari kekuasaannya sehingga setiap kebijakan pemerintah berekses negatif pada moneter, seolah memberi beban pada BI untuk mengatasinya sebagai bukti pengabdian orang BI pada penguasa!" "Kesan adanya sikap seperti itu mungkin terbawa dari tradisi Orde Baru, di mana BI masa itu memang subordinat dari pemerintah!" timpal Umar. 

"Namun sikap demikian yang cenderung mengaktual belakangan ini, justru untuk mengatasi kebijakan pemerintah yang serbasalah, menambah beban BI di tengah usahanya menghindari krisis keuangan dunia!" 

"Karena itu, demi memperbaiki rupiah dari kinerjanya yang terburuk di Asia itu, salah satunya keharusan memperbaiki sikap pemerintah agar mempertimbangkan dampak inflatoar dan ekses negatifnya ke moneter pada setiap membuat kebijakan!" tegas Amir. 

"Hal-hal lainnya, mungkin hanya bersifat suplementer!"

0 komentar: