Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Ajaran Berpolitik dari Surya Paloh!


"TJAHJO Kumolo, Sekjen PDIP yang unggul dalam pemilu legislatif 2014 versi hitung cepat, menemui Surya Paloh, ketua umum Partai NasDem, untuk menjajaki koalisi Mega-Surya. Ia juga minta nama calon wakil presiden dari Partai NasDem untuk mendampingi Jokowi, calon presiden dari PDIP," ujar Umar. "Menyambut tawaran itu Surya Paloh bukan menyebut nama dirinya atau tokoh Partai NasDem, tapi menyodorkan nama Jusuf Kalla untuk berpasangan dengan Jokowi!" "Jusuf Kalla, ketua Palang Merah Indonrsia (PMI) itu bukan anggota Partai NasDem, secara formal malah berada di Partai Golkar!" timpal Amir. 

"Tapi itulah ajaran berpolitik kebangsaan dari Surya Paloh! Mendapat kesempatan emas bukan dimanfaatkan maksimal untuk diri atau partainya, tapi digunakan untuk yang terbaik bagi bangsa! Itu berdasar survei Pol-Tracking Institute yang melibatkan 330 profesor di 33 provinsi, menempatkan Jusuf Kalla terbaik dengan skor 7,70, disusul Jokowi 7,66. (Berita Satu, 23/3) Jelas, pasangan keduanya menjadi pemimpin ideal buat bangsa saat ini!"

"Begitulah Surya Paloh!" tegas Umar. "Coba kalau tokoh lain, ada kesempatan baik begitu pasti langsung dirinya sendiri yang ditonjolkan, cocok atau tidak dengan kapasitasnya, atau kompetensi bidangnya, dipaksakan buat dirinya!" 

"Itu yang terjadi dalam koalisi terdahulu, semua ketua umum partai koalisi ramai-ramai jadi menteri sehingga kabinetnya bukan berdasar kualitas dan kompetensi bidangnya!" tukas Amir. "Akibatnya, kabinet tidak berprestasi optimal! Rakyat jadi korban tetap hidup terbelakang, yang miskin tambah miskin! Tertinggal makin jauh dari negara tetangga!" 

 "Sikap Surya Paloh itu cukup mengejutkan juga!" timpal Umar. "Mengingat, betapa banyak ia telah menghabiskan biaya untuk mendirikan dan membangun partai, justru saat berhasil sebagai partai baru meraih suara sekitar 7%, ia tak berusaha untuk menikmati hasilnya buat dirinya maupun partainya! Malah, ia berikan pada orang dari luar partainya demi bangsa mendapatkan pemimpin yang tepat!" 

"Dengan itu, koalisi 'Mega-Surya'—begitu disebut Tjahjo—menjadikan dua tokoh sentral kedua partai (Megawati dan Surya Paloh) sebagai king maker, pencetak pemimpin negara!" tegas Amir. "Dengan pemilik kekuasaan utama di partai masing-masing itu tidak memaksa harus dirinya yang tampil, tapi yang terbaik menurut publik, bisa seperti diharap Sekjen Partai NasDem Patrice Rio Capela, koalisi Mega-Surya menjadi 'cahaya yang amat besar' bagi bangsa dan negara!" ***

0 komentar: