Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Peras Rumput Harapkan Santan!


"BANYAK orang untuk memperbaiki nasib malang mengulang-ulang pilihan sama, meski telah terbukti berulang-ulang ia melakukan itu harapannya tak terwujud!" ujar Umar. "Orang yang tak mau mengubah kebiasaan dan cara kerja lama yang telah terbukti tak menghasilkan itu, digambarkan seperti orang yang terus-terusan memeras rumput dengan berharap mendapatkan santan!" "


Hal yang mustahil, rumput mengeluarkan santan!" timpal Amir. "Juga mustahil caleg bisa mengubah nasib suatu masyarakat marginal jika selama lima tahun setelah jadi legislator ia tak pernah datang lagi menjenguk kaum marginal tersebut! Apalagi mengatasi masalahnya! Datang lagi sejenak cuma setiap menjelang pemilu, untuk mengulang janji lama!" "Celakanya, kondisi masyarakat marginal itu semakin buruk setiap kunjungannya menjelang pemilu, hingga harapannya untuk mendapatkan 'santan' jadi lebih besar pula!" tegas Umar.

"Sehingga, ketika mereka diberi rumput sama dan dijanjikan bisa mengeluarkan santan, mereka terima dan mereka peras ulang ramai-ramai!" "Kelompok masyarakat seperti itu layak digugah, disadarkan bahwa dalam pemilihan umum tersedia banyak pilihan!" tukas Amir. 

"Juga diingatkan dalam ajaran agama tegas dinyatakan bahwa nasib suatu kaum tidak akan berubah jika kaum itu sendiri tidak berusaha mengubahnya! Karena itu, berhentilah dari memeras rumput untuk mendapatkan santan! 

Cari dan pilihlah kelapa, yang jika diparut dan diperas bisa mengeluarkan santan!" "Disadarkan terutama soal uang Rp20 ribu sampai Rp100 ribu yang mereka terima tidaklah sebanding dengan penyia-nyiaan nasib diri dan keluarganya selama lima tahun ke depan!" timpal Umar. 

"Untuk itu, lupakan saja ucapan suruhan politikus saat membagikan uang tersebut! Gunakan akal sehat untuk membuat pilihan sesuai hati nurani di TPS! Jangan takut orang yang melakukan politik uang itu, sebab kalau diadukan dia terancam pidana!" 

"Kalau kurang informasi mengenai aneka pilihan yang tersedia, tanya atau bicara dengan teman-teman terdekat untuk mendapat gambaran sedikit lebih luas!" tegas Amir. "Soalnya, pemilu pengamalan dari kedaulatan setiap warga negara! Kalau kedaulatan itu hanya dihargai orang Rp20 ribu sampai Rp100 ribu, betapa rendahnya nilai kedaulatan rakyat! Jadi, politikus yang merendahkan kedaulatan rakyat begitu tak layak didukung untuk ikut mengelola negara!"

0 komentar: