"BI—Bank Indonesia—dan pemerintah sering kewalahan mengatasi inflasi!" ujar Umar. "Seperti 2013, dengan asumsi APBN inflasi 4,5% plus-minus 1%, realisasinya nyaris dua kali lipat, 8,38%."
"Karena mustahil diatasi, nama lembaga kerja sama BI-pemerintah menangani inflasi 'pengendali'—bukan mengatasi!" timpal Amir. "Kelanjutan keberadaan lembaga itu di daerah, tim pengendali inflasi daerah (TPID), kerja samanya antara BI-pemerintah ditandatangani Senin kemarin," (detikFinance, 21/4)
"Dalam acara itu, Menko Perekonomian Hatta Rajasa menyebut inflasi yang tajam akhir-akhir ini salah satu penyebabnya akibat terganggu atau kurang lancarnya distribusi!" tukas Umar. "Artinya, Menko mengakui hancurnya infrastruktur jadi penyebab utama inflasi! Dan masyarakat miskin yang menderita akibat kerusakan infrastruktur itu harus memikul beban kenaikan harganya—sebab, kalau orang kaya harga naik setinggi apa pun tetap mampu beli!"
"Apalagi Gubernur BI Agus Martowardojo pada acara sama menegaskan harga beras, kedelai, dan bumbu masakan yang naik paling tajam dalam lima tahun terakhir!" tegas Amir. "Ketiga jenis kebutuhan itulah penguras terbesar pendapatan warga miskin, sehingga kalau harganya naik langsung memperberat beban mereka!
Bahkan, kenaikan harga daging sapi lebih 100% dalam waktu yang sama tak cukup berpengaruh pada rakyat miskin, karena mereka tidak mengonsumsi daging sapi! Kebutuhan protein mereka ganti dengan tahu-tempe, hingga mahalnya kedelai bisa mengancam kecukupan protein rakyat!"
"Perpanjangan kerja sama pengelolaan TPID itu tepat waktu karena efek inflator pemilu legislatif perlu diantisipasi!" timpal Umar.
"Bukan rahasia selama pileg itu ribuan caleg dari berbagai partai untuk semua tingkatan di seantero Tanah Air menabur uang ke tengah masyarakat! Daya beli naik, permintaan kebutuhan juga naik, sebab itu pasokan harus segera dicukupi!
Kalau infrastrukturnya di daerah tetap hancur seperti sekarang, distribusi memenuhi permintaan terhambat, percuma tim pengendali inflasi disegarkan!"
"Dengan data inflasi BI year on year (yoy) 8,22% Januari 2014, 7,75% Februari 2014, dan 7,32% Maret 2014, atau inflasi tahun kelender (Januari—Maret 2014) 1,14%, antisipasi ekses 'serangan fajar' pileg itu perlu dengan perbaikan infrastruktur pada April dan Mei!" tukas Amir. "Sebab, Juni, Juli, dan Agustus tiba puncak inflasi rutin, Ramadan dan Idulfitri!" ***
0 komentar:
Posting Komentar