BEM—Badan Eksekutif Mahasiswa—Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE UI) dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran (FEB Unpad) menjabarkan sejumlah alasan untuk membuka pikiran (make up your mind) agar mendukung penaikan harga BBM Subsidi (detik-news, 19/11).
"Tidak ada alasan lagi untuk tipengetahuankasi subsidi BBM ke subsidi sektor yang lebih dibutuhkan. Sangat jelas bukti bahwa subsidi BBM hanya dinikmati oleh masyarakat yang berpendapatan menengah ke atas," tegas siaran pers BEM FEB Unpad, Rabu (19/11)
BEM FEB Unpad mencapai kesimpulan itu lewat kajian melibatkan peneliti Center for Economics and Depelovment Studies Unpad. Ditemukan sejumlah kerugian dengan subsidi BBM, antara lain kerugian efisiensi (welfare loss) sebesar Rp64 triliun dan berbagai hal lagi yang mereka perinci.
Subsidi BBM berdampak terhadap ketimpangan sejak 2008 hingga 2012 menunjukkan tren peningkatan kesenjangan pendapatan dan indeks Gini, tegas siaran pers itu.
BEM FE UI juga mendukung penaikan harga BBM bersubsidi, berdasar hasil kajian subsidi ini lebih 70% digunakan oleh masyarakat mampu.
Merekalah masyarakat yang tingkat pendapatan ekonominya sanggup membeli barang pada harga pasar.
Siaran BEM FE UI itu menyoroti sejumlah alasan subsidi BBM makin membengkak membebani APBN dan mengurangi fiscal space.
Padahal, alokasi subsidi BBM sangat timpang dibandingkan alokasi untuk aspek lain, seperti pendidikan, kesehatan, dan bantuan sosial.
Subsidi BBM penyebab defisit ganda, kebijakan mistargeted, masyarakat berpendapatan menengah ke atas mendapat porsi subsidi paling besar, tegas BEM FE UI. Untuk itu, layak disampaikan salut kepada BEM FE UI dan FEB Unpad, yang memberi teladan bersikap elegan secara intelektual, yakni melalui proses kajian ilmiah untuk mendapatkan kebenaran berdasar standar ilmu pengetahuan.
Pada kebenaran ilmiah itu sikap setiap intelektual disandarkan.
Sikap mahasiswa begitu mencerminkan watak intelektual yang rasional dan jauh dari emosional, bisa menempatkan mahasiswa pada posisi terhormat dalam masyarakat berbudaya tinggi.
Dengan watak intelektual yang standar itu pula mahasiswa tidak mudah terseret permainan busuk yang merendahkan derajat sosial komunitas kampus yang terhormat!
Dengan demikian, independensi perjuangan mahasiswa berkibar paralel dengan panji-panji par excellence intelektualisme! ***
0 komentar:
Posting Komentar