LUAS rata-rata lahan pertanian yang dikuasai rumah tangga usaha pertanian di Provinsi Lampung, menurut hasil Sensus Pertanian 2013 (ST2013), bertambah 46,42% menjadi 11,04 ribu meter persegi dari 7,54 ribu meter persegi di ST2003.
Itu kejutan buku Potret Usaha Pertanian Provinsi Lampung Menurut Subsektor (BPS Lampung 2014), hasil ST2013.
Realitas di Lampung itu jelas berlawanan dengan asumsi publik nasional yang terbentuk oleh hasil Sensus Pertanian sebelumnya, dengan rata-rata pemilikan lahan pertanian di Pulau Jawa menyusut terus, dari 0,48 hektare per rumah tangga pada ST1993,
menjadi tinggal 0,30 hektare per rumah tangga pada ST2003. Tren di Jawa ini persis sebagai proses involusi pertanian di Jawa temuan Clifford Geertz dalam penelitiannya pada 1960-an.
Bertentangan dengan asumsi yang bahkan telah menjadi mitos dalam benak publik nasional mengenai involusi pertanian itu, keunikan perubahan di Lampung tersebut menuntut disimak lebih jauh sebagai sebuah fenomena!
Karena, di dalamnya gejala yang terjadi secara nasional, yakni sebanyak 5,04 juta petani gurem kehilangan lahannya, juga terjadi di Lampung dengan skala yang signifikan: 62,17% petani guram pemilik lahan di bawah 1.000 meter persegi, dan 23,47% pemilik lahan antara 1.000—1.999 meter persegi, kehilangan lahannya!
Dari realitas kehilangan lahan pada petani guram dalam fenomena bertambahnya rata-rata luas lahan petani di Lampung menunjukkan gejala adanya kanibalisasi lahan pertanian oleh petani berlahan lebih luas terhadap lahan petani guram!
Kanibalis paling mencolok dalam hal ini adalah kelompok pemilik lahan di atas 3 hektare yang jumlahnya naik hingga 25,56%! Terlihat, kelompok miskin semakin miskin kehilangan lahan usaha taninya, yang kaya semakin kaya dengan jumlah yang bertambah secara signifikan pula!
Di sisi lain, meski bertambahnya tak amat mencolok, kelas menengah pemilik lahan antara 5.000 meter persegi—1 hektare dan 1—2 hektare, mendominasi dengan jumlah absolut pemilik terbanyak, yakni 339.585 keluarga dan 327.922 keluarga.
Dari 1.226.455 rumah tangga usaha pertanian, kedua kelompok kelas menengah tersebut mendominasi lebih dari 50% dengan 667.507 keluarga.
Lewat simakan komprehensif itu, tampak fenomena Lampung justru mencerminkan kondisi bangsa—kelompok kaya tambah kaya, si miskin semakin kandas, dan kelas menengah bangkit mendominasi! ***
0 komentar:
Posting Komentar