REVOLUSI itu perubahan cepat. Seusai dilantik 27 Oktober, Kabinet Kerja Jokowi-JK langsung bekerja cepat dan tegas. Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti membatalkan pungutan terhadap nelayan kecil yang dilakukan pemerintah kabupaten.
Pembatalan itu diproses lewat kerja sama dengan Menkum HAM Yasonna H. Laoli yang mengeluarkan SK penganuliran segala bentuk dasar pungutan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said membuat kontrak G to G (pemerintah ke pemerintah) dengan Angola di Afrika untuk pembelian minyak bumi dengan harga jauh lebih murah dibanding lewat para agen pemasok seperti selama ini.
Sekali melangkah, segala bentuk calo dan cukong dalam pembelian minyak bumi yang selama ini disebut dengan mafia migas itu “ditinggal” dengan cara yang elegan!
Di sektor migas yang berkecipak anggaran negara amat besar ini, Faisal Basri ditunjuk jadi Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas, yang memeriksa ulang semua kontrak dan perizinan dari hulu sampai hilir! Lalu SKK Migas yang menangani proses kontrak migas di hulu, kepalanya diganti dengan bekas pimpinan KPK pertama, Amien Sunaryadi.
Masih dalam 30 hari pertama Jokowi-JK memerintah, harga BBM bersubsidi dinaikkan Rp2.000/liter!
Tentu saja, banyak lagi kerja cepat yang dilakukan kementerian lain Kabinet Kerja dalam kurun sama, yang keseluruhannya secara simultan melakukan perubahan cepat sebagai ekspresi sebuah revolusi—dalam hal ini revolusi mental yang dirajut dalam kerja cepat dan tegas.
Sebagai implementasi sebuah revolusi, tampak Kabinet Kerja menangani masalah bukan model problem solving, yang harus masuk ke dalam masalah yang sudah lama berbelit kusut masai!
Langkah model problem solving justru dihindari agar tidak terjebak masuk belitan masa lalu yang tak pernah bisa diselesaikan.
Sebagai bentuk sebuah revolusi, segala bentuk masalah warisan masa lalu itu ditinggalkan dengan sebuah loncatan oportunitas—seperti meninggalkan lilitan mafia migas dengan oportunitas kontrak langsung G to G.
Jadi revolusi mental bukan revolusi yang berdarah-darah, bukan revolusi model Bharatayudha yang secara fisis harus ada yang dikalahkan!
Revolusi mental adalah proses menang tanpo ngasorake, menang tanpa mengalahkan. Tapi menang dengan merajut oportunitas ke depan, dilakukan lewat perubahan cepat! ***
0 komentar:
Posting Komentar