Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

MEA, Mengejar Ketertinggalan!

MEA—Masyarakat Ekonomi ASEAN—mulai berlaku 2015, satu setengah bulan lagi. Dari paparan Lana Soelistianingsih dari Universitas Indonesia (UI) Kamis (13/11) diketahui, sebenarnya perekonomian Indonesia masih kedodoran menghadapi persaingan bebas terbuka dengan negara-negara lain dalam MEA. 

Kesan itu terpetik dari paparan Lana di seminar terbatas Lampung Economic Outlook 2015 di Bank Indonesia (BI) Bandar Lampung, yang diselenggarakan BI bekerja sama dengan Lampung Post dan Pemprov Lampung. 

Contoh kondisi ekonomi Indonesia masih kedodoran memasuki MEA itu, antara lain pada ekonomi biaya tinggi, dengan biaya distribusi barang menurut Bank Dunia tertinggi di dunia, yakni mencapai 17% dari biaya produksi.

Juga dalam biaya modal, suku bunga bank untuk pinjaman di Indonesia 11,7%. Itu sangat tinggi dibanding di Thailand 7%, Malaysia 4,6%, Singapura 5,4%, dan Filipina 5,8%. Suku bunga tinggi akibat inflasi tinggi, 2013 inflasi 8,38%. Inflasi cerminan perekonomian secara umum kurang efektif dan efisien. 

Sedangkan negara-negara ASEAN lainnya terlihat sudah jauh lebih baik. MEA disepakati para pemimpin negara Asia Tenggara pada KTT ASEAN 2007. Mulai 1 Januari 2015, ASEAN menjadi pasar dan basis produksi tunggal, pergerakan barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal bebas tanpa hambatan dalam wilayah ASEAN. 

Seabrek data perbandingan antarnegara ASEAN disajikan Lana, tetapi semuanya menunjukkan Indonesia harus bekerja ekstrakeras mengejar ketertinggalannya dari sesama negara ASEAN. Kayaknya jadi seperti ditakdirkan, tuntutan untuk itu sesuai dengan tekad pemerintahan Jokowi dengan Kabinet Kerja, kerja, dan kerja! 

Seperti distribusi barang di Indonesia yang termahal di dunia itu, tuntutannya kerja keras membenahi infrastruktur dan membasmi segala bentuk pungli di jalan dan pelayanan publik. Meski tak bisa diingkari, Indonesia adalah tulang punggung MEA dengan 50% dari wilayah ASEAN, 38% populasi ASEAN dengan 250 juta orang penduduknya, dan menyumbang produk domestik bruto (PDB) tertinggi atau setara 34% PDB ASEAN. 

Bangsa Indonesia nantinya harus berbangga diri, lebih-lebih setelah negerinya menjadi pasar utama produksi negara-negara ASEAN lainnya. Dengan itu negara-negara tetangga tambah makmur untuk menampung lebih banyak TKI sehingga lebih cepat pula kemakmuran mereka merembes ke Indonesia! ***

0 komentar: