Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Parlemen Konflik, Dusun Terbakar!

KETIKA para pemimpin bangsa tak mampu menyelesaikan konflik antarelite politik di parlemen lewat musyawarah, rakyat juga lebih susah diharap menyelesaikan konflik antardusun dengan rembuk desa. 

Konsekuensinya, 50 rumah warga Dusun 2 Tanjungrejo, Kampung Tanjungharapan, Kecamatan Anaktuha, Lampung Tengah, Kamis (27/11), hangus terbakar akibat konflik antardusun. Sebenarnya, belakangan ini bentrokan antarwarga kampung di Lampung relatif reda sejak Kapolda Lampung Heru Winarko mengaktualkan kembali tradisi rembuk desa untuk mengatasi konflik masyarakat di akar rumput.

Tapi sosialisasi tradisi itu akhir-akhir ini kalah gema dari berita konflik elite politik di parlemen yang mendominasi berita televisi siang dan malam. Terbukti, rakyat meniru kelakuan buruk elite politik tak kenal musyawarah (rembukan) sebagai jalan menyelesaikan konflik. 

Anarkisme di Anaktuha disulut hilangnya dua remaja Dusun 1 Tanjungrejo kampung sama, Kurniajaya (15) dan Angga Wirayuda (16), sejak pergi bersepeda motor Senin (24/11) malam. Keluarga mencarinya. Dan Kamis (27/11) mereka menemukan sandal dan bercak darah di area Dusun 2. Info kedua remaja telah tewas merebak, dan kobar amarah warga Dusun 1 pun membakar rumah warga Dusun 2. 

Kasus ini sebaiknya dilihat dari satelit di mana Dusun Tanjungrejo, Kampung Tanjungharapan, Kecamatan Anaktuha, Lampung Tengah itu, hanyalah sebuah titik dari kesatuan wilayah Republik Indonesia! Kalau elite politik pemimpin negeri telah mewarnai kawasan tersebut dengan warna tertentu, seperti warna dominan konflik tak kenal penyelesaian lewat musyawarah, titik kecil dalam peta itu pun sukar diharapkan untuk berwarna lain. 

Maksudnya, elite dan para pemimpin pada level mana pun, keteladanan sikap dan perilaku mereka menjadi penentu mau jadi apa bangsa ini, sekarang dan masa depan! Masyarakat butuh teladan berupa sikap dan perilaku ideal dalam membangun karakter bangsa. Jadi seperti batik cetak, jangan harap corak batiknya jadi bagus kalau cetakannya buruk! 

Tentu kita semua prihatin dengan sumbu pendek emosi warga sehingga tersulut sedikit meledak, menyisakan kerusakan fatal! Namun, lebih dari itu, kasihan rakyat negeri ini, kelangkaan teladan perilaku terpuji dari elite di gugusan puncak pimpinan bangsa! Jika sikap-laku para pemimpin bangsa tak kunjung bisa dijadikan teladan, ke depan realitas bangsa justru bisa lebih buruk lagi! ***

0 komentar: