Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Berani untuk Tidak Populer! (2)

SIKAP reaksioner melakukan protes dan penolakan dengan tindakan anarkistis bisa menjadi pekerjaan sia-sia ketika ditujukan pada kebijakan pemimpin yang berani mengambil risiko untuk tidak populer. Karena, apa pun yang dilakukan pemrotes, pemimpin seperti itu tak akan goyah dan mengubah kebijakannya yang diprotes. 

 Apalagi protes dilakukan dengan menyiksa diri, seperti mogok narik angkot hingga tak dapat penghasilan, atau mogok kerja dan reli motor menghabiskan bensin, ujungnya cuma menjadikan diri sendiri sebagai masokis—orang yang mencapai kepuasan dengan menyakiti atau menyiksa diri sendiri.

Itu karena pemimpin yang berani tidak populer itu membuat kebijakan dengan sikapnya yang tegas berdasar keyakinan pada tujuannya yang baik, justru untuk mengubah keadaan yang buruk—amar makruf nahi mungkar! 

Untuk itu, segala reaksi dan penolakan sudah diprediksi sebagai tantangan yang terukur. Artinya, segala aksi protes itu sejak awal sudah “diperhitungkan”! Beda dengan pemimpin yang tidak tegas, tak berani mengambil risiko, selalu banyak pertimbangan takut popularitas dirinya merosot. 

Pemimpin model ini gentar menghadapi protes penolakan sehingga bisa surut dari kebijakannya dan menurunkan kembali harga BBM meski sempat dia naikkan! Itu demi memulihkan citra atau popularitas dirinya yang sempat melorot akibat kebijakannya menaikkan harga BBM. 

Jadi, pemimpin model ini bukan tujuan amar makruf kebijakannya yang utama, tapi popularitas dirinya! Selain tak gentar protes dan penolakan, pemimpin berani dan tegas tak butuh pujian, tak butuh sanjungan, tak butuh penjilat! 

Sikap tegas itu hong wilaheng, masa lalu bukan lagi sebab-akibat bagi hari ini yang telah dibuatnya cair menjadi peluang segala kreativitas ke masa depan. Ketegasannya memadu asta-brata kepemimpinan terintegrasi menggelinding sebagai bola salju oportunitas ke depan! 

 Oleh sebab itu, sikap, gaya, tindakan dan cara berpikir yang masih berorientasi masa lalu out of date, tertinggal kereta rombongan “Sang Parikesit’ yang telah menjadikan Bharatayudha tinggal sejarah! 

Kehidupan dilanjutkan dengan babat sejarah baru, dengan keberanian dan ketegasan pemimpin pembawa pakem-pakem cerita baru, bukan lanjutan lakon karangan dari zaman keserbaragu-raguan! Bukan pula cerita superhero! 

Tapi, keberanian dalam kehidupan sehari-hari yang secara nyata menyajikan peluang dan peluang buah keberanian! (Habis) ***

0 komentar: