HANYA dengan dasar barang bukti yang amat sumir, sebuah rekaman pembicaraan telepon yang tidak jelas antara orang yang mengaku mentalnya bejat telah terlibat suap-menyuap pengaturan skor pertandingan sepak bola sejak tahun 2000,
atlet-atlet belia tim nasionsl (Timnas) sepak bola Indonesia usia di bawah 23 tahun pada SEA Games Singapura 2015 dituduh melakukan kejahatan mengatur skor (match fixing) dalam dua pertandingan terakhir ketika mereka kalah telak.
Melihat bukti sumir pada tayangan televisi (Metro TV, 17/6) dan kemurnian pada kebeliaan usia para pemain Timnas U-23 juga integritas pelatih Aji Santoso dalam sepak bola nasional selaku pemimpin tim, lebih besar kemungkinan tuduhan pengaturan skor itu fitnah belaka. Betapa kasihan nasib para atlet belia usia di bawah 23 tahun yang masih murni dan polos itu jika difitnah dengan sedemikian kejinya melalui ulah orang yang mengaku sendiri moralnya sudah lama rusak!
Tapi, apa motif mereka melontarkan fitnah sekeji itu pada atlet-atlet belia tersebut? Dengan segala harap kita doakan, semoga mereka tidak sengaja dikorbankan dengan dijadikan sebagai kambing hitam hanya untuk menciptakan kontra-isu yang menghebohkan guna menutupi dan mengalihkan perhatian publik dari kegagalan pihak penguasa membina olahraga nasional sehingga menuai prestasi terburuk di SEA Games 2015. Semoga bukan demikian motif di balik tuduhan terhadap atlet-atlet belia tersebut.
Sebab, tidak seperti biasanya, kepulangan kontingen olahraga dari luar negeri kali ini tidak disambut dengan upacara selamat kembali ke Tanah Air dengan kalungan bunga khusus. Acara penyambutan seperti itu kali ini tidak ditayangkan cukup menonjol sehingga pengalungan bunga kepada putra-putri terbaik bangsa tak terlihat. Berapa bonus buat peraih medali emas, perak, dan perunggu juga tak diekspos! Soal penyambutan dan penghargaan kepada atlet-atlet berprestasi itu tentu penting.
Tapi tak kalah penting, menjaga kemurnian para atlet kebanggaan bangsa dengan merawat baik-baik masa depan mereka, seperti terhadap para calon bintang sepak bola Indonesia, Evan Dimas dan kawan-kawan tim Garuda Muda itu. Jatuh-bangun dalam perjuangan di gelanggang olahraga hal biasa, tapi jangan habisi masa depan para atlet belia itu dengan fitnah keji ketika perjuangan tak berhasil. Kegagalan justru merupakan anak tangga mencapai sukses. Maka itu, jauhkan atas kamu fitnah orang-orang keji di antara kamu, ketahuilah siksa Tuhan amat pedih! ***
Melihat bukti sumir pada tayangan televisi (Metro TV, 17/6) dan kemurnian pada kebeliaan usia para pemain Timnas U-23 juga integritas pelatih Aji Santoso dalam sepak bola nasional selaku pemimpin tim, lebih besar kemungkinan tuduhan pengaturan skor itu fitnah belaka. Betapa kasihan nasib para atlet belia usia di bawah 23 tahun yang masih murni dan polos itu jika difitnah dengan sedemikian kejinya melalui ulah orang yang mengaku sendiri moralnya sudah lama rusak!
Tapi, apa motif mereka melontarkan fitnah sekeji itu pada atlet-atlet belia tersebut? Dengan segala harap kita doakan, semoga mereka tidak sengaja dikorbankan dengan dijadikan sebagai kambing hitam hanya untuk menciptakan kontra-isu yang menghebohkan guna menutupi dan mengalihkan perhatian publik dari kegagalan pihak penguasa membina olahraga nasional sehingga menuai prestasi terburuk di SEA Games 2015. Semoga bukan demikian motif di balik tuduhan terhadap atlet-atlet belia tersebut.
Sebab, tidak seperti biasanya, kepulangan kontingen olahraga dari luar negeri kali ini tidak disambut dengan upacara selamat kembali ke Tanah Air dengan kalungan bunga khusus. Acara penyambutan seperti itu kali ini tidak ditayangkan cukup menonjol sehingga pengalungan bunga kepada putra-putri terbaik bangsa tak terlihat. Berapa bonus buat peraih medali emas, perak, dan perunggu juga tak diekspos! Soal penyambutan dan penghargaan kepada atlet-atlet berprestasi itu tentu penting.
Tapi tak kalah penting, menjaga kemurnian para atlet kebanggaan bangsa dengan merawat baik-baik masa depan mereka, seperti terhadap para calon bintang sepak bola Indonesia, Evan Dimas dan kawan-kawan tim Garuda Muda itu. Jatuh-bangun dalam perjuangan di gelanggang olahraga hal biasa, tapi jangan habisi masa depan para atlet belia itu dengan fitnah keji ketika perjuangan tak berhasil. Kegagalan justru merupakan anak tangga mencapai sukses. Maka itu, jauhkan atas kamu fitnah orang-orang keji di antara kamu, ketahuilah siksa Tuhan amat pedih! ***
0 komentar:
Posting Komentar