Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

NU Diminta Ikut Selesaikan Mafia!

NU—Nahdlatul Ulama—diharapkan Presiden Joko Widodo ambil bagian menjawab tantangan dalam membangun masa depan bangsa. Presiden tegaskan, tantangan Indonesia sangat banyak.

Saat ini Indonesia harus berhadapan dengan berbagai mafia, dari mafia narkoba, mafia pencurian ikan, mafia pangan, hingga mafia minyak dan gas bumi. (Kompas, 15/6) Persoalan mafia itu, menurut Presiden, harus diselesaikan satu demi satu. "Sekali lagi, untuk menjawab tantangan itu, saya harap NU ambil bagian bersama untuk membangun masa depan bangsa," ulangnya tegas. Terkesan betapa seriusnya harapan Presiden untuk keikutsertaan NU dalam menjawab tantangan bangsa, terutama menyelesaikan berbagai mafia. 

Tentu lewat jalur informal, untuk mendukung semua kegiatan di jalur formal yang belum berhasil menuntaskan masalahnya, semisal hasil kerja Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi atau Tim Antimafia Migas yang dipimpin Faisal Basri. Atas rekomendasi tim tersebut, pemerintah telah membubarkan Petral, anak perusahaan Pertamina yang tugasnya menangani impor minyak, tapi menjadi poros pemborosan akibat Petral menjadi sarang mafia.

 Namun, apakah sektor migas sudah bersih dari mafia saat timnya dibubarkan? Faisal Basri masih kian-kemari, termasuk ke Bareskrim Mabes Polri untuk melakukan pembersihan. Sampai tahap itu mungkin diperlukan peran NU lewat jalur informal, dengan medium pengajian atau dakwah mengokohkan moral para pemimpin di sektor tersebut agar berani bertindak tegas membersihkan semua kotoran yang masih tersisa di sekitar tempat tugasnya.

 Lalu, bersamaan itu lewat dakwahnya juga, menyadarkan warga masyarakat agar menjauhi perilaku mafia—berkomplot melakukan kejahatan atau menipu rakyat. Pokoknya menghindarkan diri dari segala bentuk mafia—organized crimes. Seiring itu, meneguhkan moralitas aparat hukum untuk menindak tegas semua penyimpangan terkait mafia sehingga mafia bersih oleh tindakan aparat hukum yang menjalankan tugasnya dengan benar, bukan dengan menjadikan santri NU detektif atau intel partikelir. 

Itu karena pengajian, dakwah, dan keteladanan perilaku merupakan fungsi eksistensial NU dalam mengorganisasi masyarakat yang secara historis membentuk fondasi dan pilar-pilar kemerdekaan bangsa dengan Islam Nusantara yang toleran, menjadi perekat kemajemukan yang mengokohkan pluralisme sebagai realitas Bhinneka Tunggal Ika. Tak ayal, meminta NU ikut menjawab tantangan bangsa, sama dengan menggarami laut! ***

0 komentar: