SEPP Blatter, pria berusia 79 tahun, terpilih untuk yang kelima kali sebagai presiden FIFA—otoritas sepak bola dunia—di Zurich, Swiss, Jumat (29/5). Ia lolos dari jerat krisis suap 100 juta dolar AS di organisasinya itu yang melibatkan banyak pejabat FIFA, salah seorang di antaranya mantan wakil presiden FIFA.
Dalam pemilihan itu Blatter mengalahkan pesaingnya asal Jordania, Pangeran Ali Al Hussein, dalam satu putaran, setelah lima menit menjelang putaran kedua Pangeran Ali yang pada putaran pertama mendapat 73 dari 209 suara sah itu mundur. Seharusnya dilakukan putaran kedua karena Blatter tidak mendapat suara mutlak lebih dari dua per tiga.
Setelah terpilih kembali, Blatter asal Swiss ini berjanji akan memimpin FIFA dengan sebaik-baiknya, sambil berharap kerja sama dari semua pihak.
Ia memuji Pangeran Ali yang telah meraih suara signifikan di putaran pertama, namun ia memilih untuk memercayakan pada saya empat tahun ke depan, ujar Blatter (Kompas.com, 30/5). "Kita memiliki masalah organisatoris. Kita membutuhkan perempuan di komite ini, kita harus melakukan yang lebih. Saya tidak akan menyentuh Piala Dunia, itu terlalu penting!" tegasnya. "Saya bertanggung jawab membawa kembali FIFA, bersama kalian, kita akan melakukannya.
Saya yakin. Saya berjanji pada akhir masa saya akan memberikan FIFA pada pengganti saya dalam posisi yang sangat kuat." Sungguh luar biasa di balik terbongkarnya skandal yang melibat sejumlah petinggi FIFA itu, Blatter dalam kongres terakhir tetap mampu mengendalikan situasi hingga organisasi yang beranggotakan 212 negara itu tetap solid, hanya orang-orang yang benar-benar terlibat berdasarkan hasil penyelidikan FBI dan polisi Swiss yang ditangkap dan harus bertanggung jawab atas perbuatannya.
Sedangkan tokoh-tokoh di komite eksekutif yang memang tak bersalah dan bahkan tidak tahu-menahu kasusnya, tetap bisa dijadikan andalan benteng integritas FIFA. Hal itu tentu berkat jernihnya cara kerja FBI dan kepolisian Swiss sehingga meringkus hanya orang-orang yang memang harus bertanggung jawab, tanpa mengorbankan orang-orang yang bersih dan tak tahu-menahu masalah yang dituduhkan, serta tak mencederai integritas kelembagaan FIFA untuk melanjutkan tanggung jawab globalnya. Tidak grusah-grusuh dan asal kepruk sehingga mayoritas orang tak bersalah yang malah jadi korban! ***
Ia memuji Pangeran Ali yang telah meraih suara signifikan di putaran pertama, namun ia memilih untuk memercayakan pada saya empat tahun ke depan, ujar Blatter (Kompas.com, 30/5). "Kita memiliki masalah organisatoris. Kita membutuhkan perempuan di komite ini, kita harus melakukan yang lebih. Saya tidak akan menyentuh Piala Dunia, itu terlalu penting!" tegasnya. "Saya bertanggung jawab membawa kembali FIFA, bersama kalian, kita akan melakukannya.
Saya yakin. Saya berjanji pada akhir masa saya akan memberikan FIFA pada pengganti saya dalam posisi yang sangat kuat." Sungguh luar biasa di balik terbongkarnya skandal yang melibat sejumlah petinggi FIFA itu, Blatter dalam kongres terakhir tetap mampu mengendalikan situasi hingga organisasi yang beranggotakan 212 negara itu tetap solid, hanya orang-orang yang benar-benar terlibat berdasarkan hasil penyelidikan FBI dan polisi Swiss yang ditangkap dan harus bertanggung jawab atas perbuatannya.
Sedangkan tokoh-tokoh di komite eksekutif yang memang tak bersalah dan bahkan tidak tahu-menahu kasusnya, tetap bisa dijadikan andalan benteng integritas FIFA. Hal itu tentu berkat jernihnya cara kerja FBI dan kepolisian Swiss sehingga meringkus hanya orang-orang yang memang harus bertanggung jawab, tanpa mengorbankan orang-orang yang bersih dan tak tahu-menahu masalah yang dituduhkan, serta tak mencederai integritas kelembagaan FIFA untuk melanjutkan tanggung jawab globalnya. Tidak grusah-grusuh dan asal kepruk sehingga mayoritas orang tak bersalah yang malah jadi korban! ***
0 komentar:
Posting Komentar