PARA pembina olahraga meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia atas buruknya prestasi Indonesia dalam SEA Games Singapura 2015.
Indonesia dengan 47 medali emas, 61 perak, dan 74 perunggu berada di posisi kelima, mengulang catatan buruk SEA Games Filipina 2005.
Para pembina tersebut, Ketua Kontingen Indonesia Taufik Hidayat, Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Rita Subowo, dan Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas Johansyah Lubis. "Saya sebagai ketua kontingen, seluruh anggota tim markas besar, KOI, dan Satlak Prima meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia atas pencapaian seperti ini. Saya percaya, semua atlet sudah berusaha semaksimal mungkin saat bertanding," ujar Taufik Hidayat. (Kompas, 16/6)
Kita salut pada pembina olahraga yang cepat minta maaf atas buruknya prestasi kontingen yang mereka pimpin. Tentu, kita juga sependapat bahwa semua atlet telah berusaha semaksimal mungkin, tetapi hasilnya masih kurang memuaskan. Untuk itu, layak kita cari kemungkinan, kenapa dengan segala persiapan yang matang menuai hasil seburuk itu. Berbagai cara pandang bisa digunakan untuk mencari kemungkinan penyebab rendahnya prestasi.
Salah satunya cara pandang integralisme, yang melihat keseluruhan olahraga nasional sebagai sebuah sistem organisme yang utuh, karena semuanya hidup, dibina, dan berkembang dalam sebuah kesatuan sistem masyarakat negara bangsa yang utuh pula. Sehingga, sebagai kesatuan sistem organisme itu, seperti tubuh manusia, kalau ada salah satu anggota tubuh yang sakit, apalagi infeksi, maka anggota-anggota tubuh yang lain jadi ikut merasakan sakitnya, bahkan menggigil demam.
Dengan cara pandang itu, perlu ditelisik anggota tubuh atau cabang olahraga apa yang mungkin menderita infeksi sehingga berbagai cabang olahraga di SEA Games sebagai anggota tubuh dari kesatuan sistem organisme olahraga nasional terimbas demam. Dari cara pandang itu, kita bukan hanya tahu salah satu penyebab rontoknya prestasi banyak atlet kita di SEA Games.
Sekaligus, pengalaman itu menjadi guru yang bijaksana bagi bangsa ini, ke depan menjaga keseluruhan cabang dan para atletnya dalam kesatuan sistem orgsnisme olahraga nasional tak satu pun dalam kondisi tertekan—apalagi infeksi—agar tidak berimbas demam yang menurunkan prestasi atlet secara umum. Sebab, dalam kesatuan sistem organisme negara bangsa, satu disakiti, yang lain ikut merasakan pedihnya! ***
Para pembina tersebut, Ketua Kontingen Indonesia Taufik Hidayat, Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Rita Subowo, dan Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas Johansyah Lubis. "Saya sebagai ketua kontingen, seluruh anggota tim markas besar, KOI, dan Satlak Prima meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia atas pencapaian seperti ini. Saya percaya, semua atlet sudah berusaha semaksimal mungkin saat bertanding," ujar Taufik Hidayat. (Kompas, 16/6)
Kita salut pada pembina olahraga yang cepat minta maaf atas buruknya prestasi kontingen yang mereka pimpin. Tentu, kita juga sependapat bahwa semua atlet telah berusaha semaksimal mungkin, tetapi hasilnya masih kurang memuaskan. Untuk itu, layak kita cari kemungkinan, kenapa dengan segala persiapan yang matang menuai hasil seburuk itu. Berbagai cara pandang bisa digunakan untuk mencari kemungkinan penyebab rendahnya prestasi.
Salah satunya cara pandang integralisme, yang melihat keseluruhan olahraga nasional sebagai sebuah sistem organisme yang utuh, karena semuanya hidup, dibina, dan berkembang dalam sebuah kesatuan sistem masyarakat negara bangsa yang utuh pula. Sehingga, sebagai kesatuan sistem organisme itu, seperti tubuh manusia, kalau ada salah satu anggota tubuh yang sakit, apalagi infeksi, maka anggota-anggota tubuh yang lain jadi ikut merasakan sakitnya, bahkan menggigil demam.
Dengan cara pandang itu, perlu ditelisik anggota tubuh atau cabang olahraga apa yang mungkin menderita infeksi sehingga berbagai cabang olahraga di SEA Games sebagai anggota tubuh dari kesatuan sistem organisme olahraga nasional terimbas demam. Dari cara pandang itu, kita bukan hanya tahu salah satu penyebab rontoknya prestasi banyak atlet kita di SEA Games.
Sekaligus, pengalaman itu menjadi guru yang bijaksana bagi bangsa ini, ke depan menjaga keseluruhan cabang dan para atletnya dalam kesatuan sistem orgsnisme olahraga nasional tak satu pun dalam kondisi tertekan—apalagi infeksi—agar tidak berimbas demam yang menurunkan prestasi atlet secara umum. Sebab, dalam kesatuan sistem organisme negara bangsa, satu disakiti, yang lain ikut merasakan pedihnya! ***
0 komentar:
Posting Komentar