SISTEM perekonomian yang kini diterapkan di Indonesia tidak sesuai dengan yang dicita-citakan para pendiri bangsa. Cita-cita kemerdekaan kita adalah mewujudkan masyarakat sosialis Indonesia, tapi terbuai sistem kapitalis yang berasal dari negara lain.
Demikian Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat pada peringatan 114 tahun hari lahir Proklamator Kemerdekaan RI Mohammad Hatta, Jumat. (Kompas.com, 12/8/2016)
Djarot mencontohkan sistem koperasi yang dulu dicetuskan Hatta, kini tidak diterapkan secara benar. Indonesia terbuai dengan sistem kapitalis yang berasal dari negara lain.
"Bahwasanya cita-cita kebangsaan kita, cita-cita kemerdekaan kita adalah mewujudkan masyarakat sosialis Indonesia, bukan masyarakat kapitalis Indonesia. Sistem yang dibangun Bung Hatta adalah sistem yang menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia, bukan menyejahterakan sekelompok kecil para pejabat dan pengusaha belaka," kata Djarot.
Mengembalikan sistem perekonomian Indonesia seperti yang dicita-citakan para pendiri bangsa, menurut Djarot, merupakan tantangan berat. Namun, ia yakin itu dapat dilakukan jika semua elemen bangsa bisa bekerja sama.
Pernyataan Djarot itu dipahami bukan sebatas ironi kehidupan koperasi yang secara politik didaulat sebagai saka guru ekonomi nasional, tapi realitasnya banyak compang-camping, bahkan tak sedikit yang dibubarkan oleh pembina koperasi daerah. Tetapi, juga terkait penguasaan lahan dan sumber-sumber kekayaan alam oleh asing dan sekelompok kecil elite ekonomi yang justru memarginalkan mayoritas rakyatnya sendiri hanya menjadi kawula penguasa modal.
Dilihat dari dua sisi itu kegagalan mewujudkan masyarakat sosialis yang dicita-citakan para Bapak Pendiri Republik ini layak disesalkan. Karena, kegagalan itu bukan semata akibat lemahnya sumber daya manusia Indonesia dalam mengelola koperasi, melainkan lebih sebagai akibat penyimpangan fatal dalam distribusi lahan dan sumber-sumber alam hingga membentuk sistem ekonomi antitesis dari cita-cita para Bapak Pendiri RI, yakni sistem kapitalis.
Bagi orang yang pernah membaca "Indonesia Menggugat"--pembelaan Bung Karno di depan Pengadilan Kolonial (1933)--pasti memaklumi bahwa sistem kolonialisme yang kini mewujud dalam kapitalisme global adalah musuh dari cita-cita kemerdekaan Indonesia. Itu berarti, realitas absolut sistem kapitalis yang mencengkeram bangsa dewasa ini adalah akibat pengkhianatan nyata terhadap cita-cita para Bapak Pendiri RI. ***
Demikian Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat pada peringatan 114 tahun hari lahir Proklamator Kemerdekaan RI Mohammad Hatta, Jumat. (Kompas.com, 12/8/2016)
Djarot mencontohkan sistem koperasi yang dulu dicetuskan Hatta, kini tidak diterapkan secara benar. Indonesia terbuai dengan sistem kapitalis yang berasal dari negara lain.
"Bahwasanya cita-cita kebangsaan kita, cita-cita kemerdekaan kita adalah mewujudkan masyarakat sosialis Indonesia, bukan masyarakat kapitalis Indonesia. Sistem yang dibangun Bung Hatta adalah sistem yang menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia, bukan menyejahterakan sekelompok kecil para pejabat dan pengusaha belaka," kata Djarot.
Mengembalikan sistem perekonomian Indonesia seperti yang dicita-citakan para pendiri bangsa, menurut Djarot, merupakan tantangan berat. Namun, ia yakin itu dapat dilakukan jika semua elemen bangsa bisa bekerja sama.
Pernyataan Djarot itu dipahami bukan sebatas ironi kehidupan koperasi yang secara politik didaulat sebagai saka guru ekonomi nasional, tapi realitasnya banyak compang-camping, bahkan tak sedikit yang dibubarkan oleh pembina koperasi daerah. Tetapi, juga terkait penguasaan lahan dan sumber-sumber kekayaan alam oleh asing dan sekelompok kecil elite ekonomi yang justru memarginalkan mayoritas rakyatnya sendiri hanya menjadi kawula penguasa modal.
Dilihat dari dua sisi itu kegagalan mewujudkan masyarakat sosialis yang dicita-citakan para Bapak Pendiri Republik ini layak disesalkan. Karena, kegagalan itu bukan semata akibat lemahnya sumber daya manusia Indonesia dalam mengelola koperasi, melainkan lebih sebagai akibat penyimpangan fatal dalam distribusi lahan dan sumber-sumber alam hingga membentuk sistem ekonomi antitesis dari cita-cita para Bapak Pendiri RI, yakni sistem kapitalis.
Bagi orang yang pernah membaca "Indonesia Menggugat"--pembelaan Bung Karno di depan Pengadilan Kolonial (1933)--pasti memaklumi bahwa sistem kolonialisme yang kini mewujud dalam kapitalisme global adalah musuh dari cita-cita kemerdekaan Indonesia. Itu berarti, realitas absolut sistem kapitalis yang mencengkeram bangsa dewasa ini adalah akibat pengkhianatan nyata terhadap cita-cita para Bapak Pendiri RI. ***
0 komentar:
Posting Komentar