HIPMI—Himpunan Pengusaha Muda Indonesia—menilai masuknya ribuan pekerja asing asal Tiongkok akan membawa dampak buruk bagi Indonesia, dari pelanggaran undang-undang, kecemburuan sosial yang bisa meledak jadi konflik sosial, hingga merusak budaya bangsa.
"Sekalipun kita ini miskin secara ekonomi, kita tetap memegang adat kesantunan. Kita punya rasa malu, punya budaya bersih. Sedangkan pekerja Tiongkok di Lebak, Banten, malah buang hajat sembarangan. Mereka juga tidak menghargai masyarakat lokal. Ketiga hal ini akan menjadi pemicu konflik sosial yang sangat serius bila tidak segera ditata dengan baik," ujar Ketua Umum Hipmi Bahlil Lahadalia (Metrotvnews, 27/7/2016).
Bahlil heran, Menteri Tenaga Kerja (Menaker) Hanif Dhakiri menyanggah keberadaan pekerja asal Tiongkok itu di sektor infrastruktur. "Memang, pekerja Tiongkok tidak sampai 10 juta. Tetapi, pekerja Tiongkok bukan hanya mempunyai skill khusus, bahkan pekerja kasar pun diboyong dari sana," tukasnya.
"Menaker harusnya malu tidak mampu menjaga dan melindungi tenaga kerja kita, justru saat negara kita sedang banyak pengangguran membutuhkan lapangan kerja. Menaker harus mampu mendeteksi berapa jumlah pekerja Tiongkok yang memakai visa turis dan overstay. Klaim Menaker akan ada alih keterampilan dengan kehadiran pekerja asing hanyalah omong kosong," tegas Bahlil.
Kehadiran pekerja asal Tiongkok, meski belum 10 juta orang seperti dibantah pemerintah, sudah dikeluhkan luas sejak tahun lalu.
Saat peresmian PLTU Celukan Bawang di Buleleng, Bali, sama sekali tak terlihat pekerja asal Indonesia. Bahkan, petugas pemeriksa tamu undangan pun pekerja asal Tiongkok (Tribun Bali, 12/8/2015).
Alih keterampilan mustahil jika pekerja Indonesia tak dilibatkan. Pengalaman krisis besar pengangguran hingga negaranya pun bangkrut akibat semua proyek Tiongkok dikerjakan pekerja asal negerinya, tanpa melibatkan pekerja lokal, terjadi di Mozambik, Afrika. Pengalaman buruk itu tak boleh terulang, apalagi di Indonesia.
Untuk itu, Kemenaker diharap peka dengan membanjirnya pekerja asal Tiongkok. Bukan hanya di infrastruktur, juga di pertambangan, seperti diakui Bambang Gatot, Dirjen Minerba Kementerian ESDM, yang melihat banyak pekerja Tiongkok seperti di smelter nikel Sulawesi Tengah. "Saya melihat operatornya dari Tiongkok semua," ujarnya (Pos Metro, 28/7/2016).
Jangan sampai Menaker cuma sibuk membantah, di lapangan pekerja Tiongkok meruyak buang hajat di lahan warga. ***
Bahlil heran, Menteri Tenaga Kerja (Menaker) Hanif Dhakiri menyanggah keberadaan pekerja asal Tiongkok itu di sektor infrastruktur. "Memang, pekerja Tiongkok tidak sampai 10 juta. Tetapi, pekerja Tiongkok bukan hanya mempunyai skill khusus, bahkan pekerja kasar pun diboyong dari sana," tukasnya.
"Menaker harusnya malu tidak mampu menjaga dan melindungi tenaga kerja kita, justru saat negara kita sedang banyak pengangguran membutuhkan lapangan kerja. Menaker harus mampu mendeteksi berapa jumlah pekerja Tiongkok yang memakai visa turis dan overstay. Klaim Menaker akan ada alih keterampilan dengan kehadiran pekerja asing hanyalah omong kosong," tegas Bahlil.
Kehadiran pekerja asal Tiongkok, meski belum 10 juta orang seperti dibantah pemerintah, sudah dikeluhkan luas sejak tahun lalu.
Saat peresmian PLTU Celukan Bawang di Buleleng, Bali, sama sekali tak terlihat pekerja asal Indonesia. Bahkan, petugas pemeriksa tamu undangan pun pekerja asal Tiongkok (Tribun Bali, 12/8/2015).
Alih keterampilan mustahil jika pekerja Indonesia tak dilibatkan. Pengalaman krisis besar pengangguran hingga negaranya pun bangkrut akibat semua proyek Tiongkok dikerjakan pekerja asal negerinya, tanpa melibatkan pekerja lokal, terjadi di Mozambik, Afrika. Pengalaman buruk itu tak boleh terulang, apalagi di Indonesia.
Untuk itu, Kemenaker diharap peka dengan membanjirnya pekerja asal Tiongkok. Bukan hanya di infrastruktur, juga di pertambangan, seperti diakui Bambang Gatot, Dirjen Minerba Kementerian ESDM, yang melihat banyak pekerja Tiongkok seperti di smelter nikel Sulawesi Tengah. "Saya melihat operatornya dari Tiongkok semua," ujarnya (Pos Metro, 28/7/2016).
Jangan sampai Menaker cuma sibuk membantah, di lapangan pekerja Tiongkok meruyak buang hajat di lahan warga. ***
0 komentar:
Posting Komentar