MENTERI Keuangan Sri Mulyani berusaha mengendalikan defisit keseimbangan primer dalam APBN, yang dari Rp93 triliun pada 2014 melonjak jadi Rp142 triliun pada 2015, ditekan menjadi Rp111,4 triliun pada RAPBN 2017. Defisit keseimbangan primer itu pengeluaran (tanpa beban membayar utang) lebih besar dari jumlah penerimaan negara.
"Kalau dilihat secara makro ketika utang ditambah dan defisit keseimbangan primer ikut bertambah, dipastikan utang itu tidak produktif," ujar Direktur Indef Enny Sri Hartati. Padahal, utang seharusnya bisa menjadi modal tambahan untuk meningkatkan pendapatan nasional. Tetapi hal itu dinilai tidak terjadi di Indonesia. (Kompas.com, 24/8/2016)
Sri Mulyani mengakui defisit keseimbangan primer membuat pemerintah harus menarik utang untuk membayar utang sebelumnya. Namun, dalam APBNP 2016 dengan menggali utang baru untuk menutup utang lama itu terjadi hal unik, yakni uang hasil utangan tidak dipakai untuk membangun karena untuk memenuhi kewajiban atas utang lama saja tak cukup. Jadinya, membangun tanpa memakai dana utangan.
Faktanya, untuk 2016 bunga utang yang harus dibayar Rp184 triliun, cicilan utang pokok Rp295 triliun hingga total bayar utang Rp479 triliun. Sedang target utang pemerintah dalam APBNP 2016 sebesar Rp296,7 triliun. Jadi, utang baru yang digali itu habis hanya untuk menutup kewajiban utang lama yang jatuh tempo sebesar Rp479 triliun.
Sayangnya, utang baru yang digali tak cuma yang tertera sebagai target dalam APBNP itu. Ada lubang utang lain yang juga digali, yakni penerbitan surat berharga negara (SBN).
Menurut Dirjen Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Keuangan Robert Pakpahan, hingga akhir 2016 penerbitan SBN akan mencapai Rp628 triliun. Itu karena ada tambahan Rp17 triliun dari Menteri Keuangan Sri Mulyani dari target sebelumnya Rp611 triliun. (Okezone.com, 19/8/2016)
Lubang utang yang terus digali itu agaknya masih akan digali lebih dalam dan lebih dalam lagi. Sri Mulyani mengatakan pemerintah kemungkinan akan menambah jumlah utang pada 2017 untuk membayar bunga utang tahun-tahun lalu. Artinya, menggali lubang utang baru terus dilakukan untuk menutupi lubang utang lama yang juga makin dalam.
Untuk itu, Direktur Strategis dan Portofolio Utang Kemenkeu Schneider Siahaan mengatakan pemerintah tetap bisa melunasi utang yang ada. "Kami bisa bayar, tapi belum bisa kover lewat penerimaan," ujarnya.
Berarti dibayar dengan utangan baru. Gali lubang tutup lubang pun absolut. ***
Sri Mulyani mengakui defisit keseimbangan primer membuat pemerintah harus menarik utang untuk membayar utang sebelumnya. Namun, dalam APBNP 2016 dengan menggali utang baru untuk menutup utang lama itu terjadi hal unik, yakni uang hasil utangan tidak dipakai untuk membangun karena untuk memenuhi kewajiban atas utang lama saja tak cukup. Jadinya, membangun tanpa memakai dana utangan.
Faktanya, untuk 2016 bunga utang yang harus dibayar Rp184 triliun, cicilan utang pokok Rp295 triliun hingga total bayar utang Rp479 triliun. Sedang target utang pemerintah dalam APBNP 2016 sebesar Rp296,7 triliun. Jadi, utang baru yang digali itu habis hanya untuk menutup kewajiban utang lama yang jatuh tempo sebesar Rp479 triliun.
Sayangnya, utang baru yang digali tak cuma yang tertera sebagai target dalam APBNP itu. Ada lubang utang lain yang juga digali, yakni penerbitan surat berharga negara (SBN).
Menurut Dirjen Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Keuangan Robert Pakpahan, hingga akhir 2016 penerbitan SBN akan mencapai Rp628 triliun. Itu karena ada tambahan Rp17 triliun dari Menteri Keuangan Sri Mulyani dari target sebelumnya Rp611 triliun. (Okezone.com, 19/8/2016)
Lubang utang yang terus digali itu agaknya masih akan digali lebih dalam dan lebih dalam lagi. Sri Mulyani mengatakan pemerintah kemungkinan akan menambah jumlah utang pada 2017 untuk membayar bunga utang tahun-tahun lalu. Artinya, menggali lubang utang baru terus dilakukan untuk menutupi lubang utang lama yang juga makin dalam.
Untuk itu, Direktur Strategis dan Portofolio Utang Kemenkeu Schneider Siahaan mengatakan pemerintah tetap bisa melunasi utang yang ada. "Kami bisa bayar, tapi belum bisa kover lewat penerimaan," ujarnya.
Berarti dibayar dengan utangan baru. Gali lubang tutup lubang pun absolut. ***
0 komentar:
Posting Komentar