Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Parpol Kehilangan Kepercayaan!

KETUA Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan mengatakan partai politik (parpol) saat ini mulai kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Penilaian itu berdasar pada survei dari sejumlah lembaga independen tentang parpol.
"Saat ini partai politik mulai kehilangan kepercayaan di mata masyarakat. Partai politik di mana pun dalam survei oleh lembaga apa pun dianggap wadah yang paling korup dan tidak memperjuangkan kepentingan rakyat," kata Zulkifli Hasan, yang juga Ketua MPR. (Kompas.com, 1/8/2016)
Dalam survei, lanjut Zulkifli, parpol dianggap hanya mementingkan kepentingannya saja dan hanya mengejar kekayaan untuk kepentingan dirinya sendiri maupun kelompoknya dan bukan untuk kepentingan semua masyarakat.
"Ini harus kita terima sebagai bahan untuk introspeksi diri bagi partai politik dan karena itu saya ingin PAN dan kader PAN harus luruskan langkah dan cita-cita bangsa ini, yakni untuk kesejahteraan rakyat, untuk semua dan bagi semua," tegasnya.
Salah satu survei yang mencerminkan kekecewaan masyarakat terhadap parpol itu Jajak Pendapat Kompas terakhir, yang untuk pertanyaan "Secara umum, puas atau tidak puaskah Anda dengan kinerja partai politik", 57,7% responden menjawab "Tidak puas". (Kompas, 1/8/2016)
Untuk memulihkan kepercayaan masyarakat kepada parpol, Zulkifli Hasan cenderung menilai dalam tubuh parpol sendiri sudah jenuh. Maka itu, ia memilih jalan keluar "outsourcing", mengandalkan rekrutmen dari luar tubuh partai.
"Tidak cukup publik menuntut dan marah, karena itu saya mengajak kita semua, termasuk seluruh teman yang peduli terhadap negeri ini, yang ingin negeri ini maju dan kuat, kesejahteraannya meningkat, korupsi dikurangi, maka masuk ke partai politik dan warnai, karena kalau tidak, korupsi akan tetap ada. Suka atau tidak suka, partai politik tetap ada dan menjadi pilar demokrasi," ujarnya.
Mengandalkan elemen luar sebagai determinan pendorong perubahan perilaku politikus dalam budaya politik yang telah mapan itu, hasilnya tergantung pada dua hal. Pertama, kekuatan elemen luar melakukan determinasi nilai-nilai idealnya. Kedua, kesiapan elemen dalam sistemnya untuk berubah menyesuaikan diri ke pola ideal bawaan determinan.
Namun, menurut pengalaman, elemen luar dengan kekuatan semula sangat idealistis sekalipun, tak lama setelah masuk sistemnya langsung hanyut dan tenggelam dalam budaya politik yang telah mapan. Jadi, yang didamba justru anomali atas pengalaman yang acap terulang itu. ***

0 komentar: