MUKIDI. Itulah nama tokoh favorit di media sosial minggu ini. Aneka cerita tentang dirinya viral—diunggah berantai lintas grup di berbagai jejaring media sosial. YouTube dan Indonesiana grup Tempo pun menyajikan kumpulan kisahnya.
Siapakah Mukidi? Mukidi adalah tokoh dalam cerita mini kocak, humor segar yang tersebar dengan banyak versi di media sosial. Terkesan cerita Mukidi tidak ditulis hanya oleh satu orang. Kadang pakai bahasa Indonesia, kadang pakai bahasa Jawa dialek Banyumas, kadang Madura.
Seperti ditulis Indonesiana (25/8/2016) tokoh Mukidi tidak begitu jelas, kadang ia orang Jakarta, kadang orang Jawa, kadang Madura. Dia kadang digambarkan masih duduk di bangku sekolah dasar, kadang sudah dewasa, kadang sudah kakek-kakek.
Blog ceritamukidi.wordpress.com dipetik Indonesiana menulis, "Mukidi berasal dari Cilacap, tipikal orang yang biasa saja, tidak terlalu alim, mudah akrab dengan siapa saja. Punya karier tapi kadang-kadang bisa menjadi apa saja. Istrinya Markonah, juga punya karier tapi tidak terlalu istimewa. Anak mereka dua, Mukirin yang sudah remaja dan Mukiran yang masih SD. Sahabatnya adalah Wakijan."
Namun, YouTube menyebut nama Sulastio Muchlas alias Yoyok, warga Banyumas, Jawa Tengah, sebagai orang pertama yang memakai nama Mukidi. Awalnya dalam materi penyegaran dalam presentasi. "Saya itu product manager. Jadi saya sering presentasi pakai humor itu supaya tidak tegang," ujarnya kepada Liputan6.com.
Menurut Yoyok, cerita Mukidi sebenarnya sudah ia tulis beberapa tahun yang lalu. Bahkan cerita Mukidi sering diputar di salah satu saluran radio. Ditanya mengapa menggunakan nama Mukidi, Yoyok mengaku lantaran nama Mukidi mudah diingat. Ini tak ubahnya nama Kabayan, Wakijan, Samijan dan sebagainya. Nama-nama yang menyimbolkan rakyat kecil yang mudah diingat.
Yoyok memastikan tidak ada satu pun tokoh di dunia nyata yang menyiratkan satu orang. Mukidi adalah Mukidi tokoh fiksi ciptaan Sulastio Muchlas.
Siapa pun penulisnya, layak mendapat ucapan terima kasih karena cerita-cerita segarnya di jejaring media sosial meredakan penikmatnya dari ketegangan, meringankan beban hidup dari tantangan yang berat. Tak berlebihan, juga menyulut inspirasi, seperti berikut:
Ibu: Mas, nanti tolong diumumkan di rapat internal PDIP Jakarta tentang cagub dari partai kita.
Mas: Oh, siap laksanakan, Bu. Siapa aja lah Bu yang penting bukan Ahok.
Ibu: Ohya bukan...
Mas: Asyikk... jadi siapa Bu?
Ibu: Mukidi. ***
Seperti ditulis Indonesiana (25/8/2016) tokoh Mukidi tidak begitu jelas, kadang ia orang Jakarta, kadang orang Jawa, kadang Madura. Dia kadang digambarkan masih duduk di bangku sekolah dasar, kadang sudah dewasa, kadang sudah kakek-kakek.
Blog ceritamukidi.wordpress.com dipetik Indonesiana menulis, "Mukidi berasal dari Cilacap, tipikal orang yang biasa saja, tidak terlalu alim, mudah akrab dengan siapa saja. Punya karier tapi kadang-kadang bisa menjadi apa saja. Istrinya Markonah, juga punya karier tapi tidak terlalu istimewa. Anak mereka dua, Mukirin yang sudah remaja dan Mukiran yang masih SD. Sahabatnya adalah Wakijan."
Namun, YouTube menyebut nama Sulastio Muchlas alias Yoyok, warga Banyumas, Jawa Tengah, sebagai orang pertama yang memakai nama Mukidi. Awalnya dalam materi penyegaran dalam presentasi. "Saya itu product manager. Jadi saya sering presentasi pakai humor itu supaya tidak tegang," ujarnya kepada Liputan6.com.
Menurut Yoyok, cerita Mukidi sebenarnya sudah ia tulis beberapa tahun yang lalu. Bahkan cerita Mukidi sering diputar di salah satu saluran radio. Ditanya mengapa menggunakan nama Mukidi, Yoyok mengaku lantaran nama Mukidi mudah diingat. Ini tak ubahnya nama Kabayan, Wakijan, Samijan dan sebagainya. Nama-nama yang menyimbolkan rakyat kecil yang mudah diingat.
Yoyok memastikan tidak ada satu pun tokoh di dunia nyata yang menyiratkan satu orang. Mukidi adalah Mukidi tokoh fiksi ciptaan Sulastio Muchlas.
Siapa pun penulisnya, layak mendapat ucapan terima kasih karena cerita-cerita segarnya di jejaring media sosial meredakan penikmatnya dari ketegangan, meringankan beban hidup dari tantangan yang berat. Tak berlebihan, juga menyulut inspirasi, seperti berikut:
Ibu: Mas, nanti tolong diumumkan di rapat internal PDIP Jakarta tentang cagub dari partai kita.
Mas: Oh, siap laksanakan, Bu. Siapa aja lah Bu yang penting bukan Ahok.
Ibu: Ohya bukan...
Mas: Asyikk... jadi siapa Bu?
Ibu: Mukidi. ***
0 komentar:
Posting Komentar