MENTERI Kesehatan Nila Farid Moeloek meminta jemaah calon haji asal Indonesia waspada terhadap virus Mers-Cov atau virus unta. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan Menteri Kesehatan Arab Saudi dalam upaya pencegahan penyebaran virus unta tersebut.
"Bila ada jemaah Indonesia yang menderita gejala terserang virus itu, akan dilakukan karantina terlebih dahulu di Arab Saudi, sebelum masuk ke Indonesia," ujar Nila Moeloek. (Kompas.com, 4/8/2016)
Ia mengatakan indikasi orang terserang virus unta adalah panas yang cukup tinggi. "Namun harus ada pemeriksaan lebih lanjut untuk membuktikan apakah jemaah positif virus atau tidak." Virus unta itu sejatinya Middle East Respiratory Syndrome (MERS—sindrom pernapasan Timur Tengah), disebabkan oleh virus korona yang masih satu kelompok dengan virus SARS.
MERS pertama kali ditemukan di Arab Saudi pada 2012. Sejauh ini sudah menginfeksi 495 orang di 12 negara dan lebih 100 orang meninggal dunia. Gejalanya mirip flu, yakni demam, batuk, dan sesak napas. Namun, virus ini menyerang hebat jika menginfeksi saluran pernapasan. (Serambinews.com)
Dalam penelitian yang dipublikasi jurnal Penyakit Menular Lancet, 9 Agustus 2013, ilmuwan Eropa menemukan jejak antibodi virus MERS dalam sampel darah unta-unta yang diteliti. Bukan virusnya itu sendiri. Penemuan antibodi berarti unta-unta tersebur pernah terinfeksi MERS atau virus serupa sebelum berusaha memeranginya. Tidak ada antibodi MERS dalam sapi, domba, dan kambing. (Tempo.co, 9/8/2013) Mungkin itu yang membuatnya diberi nama virus unta.
Meski penularan virus ini terjadi antarmanusia, kata Health Protection Agency, penularannya sangat terbatas. "Jika si A terinfeksi, ia bisa menularkan MERS kepada B, tetapi si B tidak bisa dengan mudah menularkannya ke orang lain, misalnya C. Ini disebut juga penularan tertiary," kata Dr Michael Osterholm dari Pusat Penelitian Penyakit Menular Universitas Minnesota.
Penularan bisa terjadi pada orang yang berada dalam kontak dekat. Misal dari pasien ke petugas kesehatan. Inkubasi penyakit ini berlangsung tujuh hari.
Menurut WHO, virus korona rapuh, hanya bisa bertahan di luar tubuh selama 24 jam. Virus ini juga mudah dibunuh dengan sabun antibakteri. Karena itu, selalu cuci tangan dengan sabun dan gunakan masker untuk menghindari percikan ludah.
Dalam ibadah haji, tubuh bisa selalu steril bila terjaga dalam kondisi tak batal wudu. Jadi tak perlu terlalu khawatir, rajin cek kesehatan ke dokter kloter. ***
"Bila ada jemaah Indonesia yang menderita gejala terserang virus itu, akan dilakukan karantina terlebih dahulu di Arab Saudi, sebelum masuk ke Indonesia," ujar Nila Moeloek. (Kompas.com, 4/8/2016)
Ia mengatakan indikasi orang terserang virus unta adalah panas yang cukup tinggi. "Namun harus ada pemeriksaan lebih lanjut untuk membuktikan apakah jemaah positif virus atau tidak." Virus unta itu sejatinya Middle East Respiratory Syndrome (MERS—sindrom pernapasan Timur Tengah), disebabkan oleh virus korona yang masih satu kelompok dengan virus SARS.
MERS pertama kali ditemukan di Arab Saudi pada 2012. Sejauh ini sudah menginfeksi 495 orang di 12 negara dan lebih 100 orang meninggal dunia. Gejalanya mirip flu, yakni demam, batuk, dan sesak napas. Namun, virus ini menyerang hebat jika menginfeksi saluran pernapasan. (Serambinews.com)
Dalam penelitian yang dipublikasi jurnal Penyakit Menular Lancet, 9 Agustus 2013, ilmuwan Eropa menemukan jejak antibodi virus MERS dalam sampel darah unta-unta yang diteliti. Bukan virusnya itu sendiri. Penemuan antibodi berarti unta-unta tersebur pernah terinfeksi MERS atau virus serupa sebelum berusaha memeranginya. Tidak ada antibodi MERS dalam sapi, domba, dan kambing. (Tempo.co, 9/8/2013) Mungkin itu yang membuatnya diberi nama virus unta.
Meski penularan virus ini terjadi antarmanusia, kata Health Protection Agency, penularannya sangat terbatas. "Jika si A terinfeksi, ia bisa menularkan MERS kepada B, tetapi si B tidak bisa dengan mudah menularkannya ke orang lain, misalnya C. Ini disebut juga penularan tertiary," kata Dr Michael Osterholm dari Pusat Penelitian Penyakit Menular Universitas Minnesota.
Penularan bisa terjadi pada orang yang berada dalam kontak dekat. Misal dari pasien ke petugas kesehatan. Inkubasi penyakit ini berlangsung tujuh hari.
Menurut WHO, virus korona rapuh, hanya bisa bertahan di luar tubuh selama 24 jam. Virus ini juga mudah dibunuh dengan sabun antibakteri. Karena itu, selalu cuci tangan dengan sabun dan gunakan masker untuk menghindari percikan ludah.
Dalam ibadah haji, tubuh bisa selalu steril bila terjaga dalam kondisi tak batal wudu. Jadi tak perlu terlalu khawatir, rajin cek kesehatan ke dokter kloter. ***
0 komentar:
Posting Komentar