Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Efisiensi Anggaran pada Zaman Edan!


"KENAPA pasien itu duduk di meja?" tanya dokter.

"Katanya dia adalah lampu meja!" jawab perawat.

"Bawa dia masuk ke kamarnya!" perintah dokter.

"Kalau dia dibawa masuk kamar, jadi gelap dong ruangan ini!" jawab perawat. (Lucu-9122, 21-10)

"Uedan!" entak dokter. "Kau itu perawat orang edan, jangan ikut jadi edan!"

"Kata Ronggowarsito, di zaman edan, kalau tidak ikut edan ora keduman—tak dapat bagian!" kilah perawat. "Jadi, edan itu sebuah pilihan!"


"Berarti ciri zaman edan itu ketika orang berebut bagian, takut ora keduman?" timpal dokter. "Tapi dengan begitu amanat Presiden SBY dalam rapat kabinet di Istana Bogor agar melakukan efisiensi, persisnya, optimalisasi penghematan anggaran kementerian dan lembaga-lembaga dari APBN setidaknya hingga 10 persen (Kompas, 22-10), tak bakal mulus pelaksanaannya! Sebab, oknum lembaga pengguna APBN di pusat dan daerah (lebih 70 persen komponen APBD dari APBN) pakai aji mumpung meraup bagian dari anggaran!"

"Tanpa kecuali anggota lembaga legislatif pusat dan daerah yang seharusnya menjadi pengontrol anggaran, justru berlomba jauh studi banding menguras anggaran!" tegas perawat. "Anggota DPR berbondong ke Yunani dan Jepang, anggota DPRD Kota Bandar Lampung ke Bali dan Manado! Pokoknya, penghematan 10 persen untuk hal-hal yang mendesak seperti dilakukan Sekneg dan kantor kepresidenan, tak dijamin terwujud!"

"Padahal, 10 persen dari APBD Bandar Lampung 2010 sebesar Rp1 triliun besarnya Rp100 miliar, kalau digunakan untuk mengurangi kemiskinan di kotanya yang lebih 25 persen dari penduduk—jauh lebih tinggi dari rata-rata Provinsi Lampung yang kini di kisaran 19 persen—jelas artinya amat signifikan!" timpal dokter. "Tapi namanya juga zaman edan, ketika yang mengelola anggaran berebut takut ora keduman, hal-hal yang amat mendesak pun hilang dari ingatan!"

"Untuk itu, Presiden yang mencanangkan efisiensi anggaran dengan penghematan 10 persen itu seharusnya membuat aturan main, dilengkapi sanksi agar dipatuhi!" tegas perawat. "Kalau cuma imbauan, bisa seperti menebar impian kosong!"

"Namun, meski efisiensi anggaran itu akhirnya cuma wacana, bukti Sekneg dan lembaga kepresidenan bisa hemat 10 persen menunjukkan sebenarnya masih banyak hal bisa dilakukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan rakyat!" timpal dokter. "Cuma itu tadi, gara-gara zaman edan para pengelola anggaran takut ora keduman, semua tinggal sekadar harapan!" ***

0 komentar: