Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Era Kaum Muda yang Berkuasa (3)


"DALAM masyarakat tradisional, dominasi kaum tua dalam pengamalan dan sosialisasi nilai—yang muda belajar dari yang tua—merupakan keniscayaan!" ujar Umar. "Ketika yang muda berkuasa efektif mengelola kehidupan kolektif untuk kemaslahatan bersama, praktis menjadi poros bagi berbagai lembaga formal dan informal! Untuk itu diperlukan proses mencapai keseimbangan baru—yang tua belajar dari yang muda! Jika prosesnya tak jalan, apalagi terjebak anomali, bisa terjadi gegar budaya—
cultural shock!"

"Masalah itu diteliti Margareth Mead di masyarakat tradisional kawasan Pasifik, yang tua belajar dari yang muda pada masyarakat tradisional peluangnya kecil!" timpal Amir. "Hal itu karena nyaris semua perangkat kelembagaan masyarakatnya merupakan agen bagi proses sosialisasi dan pelestarian nilai-nilai yang tua kepada generasi muda! Dengan itu, tampak betapa sukar bagi kaum muda yang berkuasa untuk menggeser—apalagi mengambil alih—dominasi itu dari kaum tua!"


"Kegagalan mengambil alih dominasi kendali nilai itu menjadi blessing in disguise, karena konflik yang berekses cultural shock tereliminasi!" tegas Umar. "Namun dengan begitu praktek kekuasaan kaum muda yang berkuasa cuma bisa jadi 'boneka' dari kaum tua, yang bahkan tambah kokoh dominasinya!"

"Untuk itu, jika kaum muda yang berkuasa ingin tampil sebagai pengibar panji generasinya, syarat utamanya ia harus bisa eksis sebagai inventor—penemu—paradigma alternatif, jalan baru yang lebih praktis mengujudkan kemaslahatan bersama!" timpal Amir. "Bukan pula sekadar inovator—yang hanya membuat simpul baru dalam konstelasi paradigma lama! Temuan paradigma baru diperlukan, karena paradigma lama terbukti gagal memajukan secara signifikan kemaslahatan bersama, karena hanya dinikmati kalangan terbatas, sedang mayoritas rakyat selalu dalam kemelaratan bersama!"

"Kegagalan realisasi kemaslahatan bersama hingga kemiskinan semakin pedih cekamannya, terjadi akibat paradigma lama dengan para aktornya tenggelam dalam pragmatisme!" tegas Umar. "Jadi, paradigma baru yang harus diujudkan kaum muda yang berkuasa adalah antitesis dari pragmatisme! Ini jelas musykil, lebih-lebih mengingat justru lembaga politik sebagai episentrum pragmatisme—jadi pihak yang mendidik rakyat untuk berpolitik dengan sikap pragmatis!"

"Artinya, terlalu berlebihan mengharapkan kaum muda yang berkuasa mampu melakukan perubahan bersifat sistemik!" timpal Amir. "Bisa menempatkan diri secara tepat dalam situasi ideal sistem nilai dominan saja pun, hingga jadi 'boneka cantik' bagi kaum tua, cukuplah!"(Habis)

0 komentar: