Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Ekspresi Kepanikan Bangsa yang Stres!


"BERSAMAAN pengerahan pasukan memburu gerombolan bersenjata api di Dolok Masihul, Sumut, malam Sabtu massa di Bogor menyerbu permukiman sebuah sekte, membakar masjid dan sejumlah rumah warga!" ujar Umar. "Di jalur kereta api (KA) terjadi dua kecelakaan! Di Stasiun Petarukan, Pemalang, KA eksekutif Argo Bromo Anggrek menyeruduk KA bisnis Senja Utama, 42 orang tewas puluhan luka parah! Di Purwosari, Solo, KA Bima menghajar KA Gaya Baru!"

"Dirangkai dengan aneka kekerasan di berbagai daerah sepanjang dua pekan dan malam terakhir yang terpicu frustrasi masif, kecelakaan beruntun KA itu justru menjadi simpul ekspresi kepanikan bangsa yang sedang stres!" sambut Amir. "Itu lebih jelas lagi dengan kepastian Kapolda Jateng Edward Aritonang, tak ada gangguan pada sistem sinyal di Stasiun Petarukan ketika KA Senja Utama berhenti memberi jalan KA eksekutif Argo Bromo Anggrek—yang justru melaju di jalur sama!"


"Dengan yang menyeruduk justru KA eksekutif (Argo Bromo dan Bima) yang lebih 'elite' hingga seharusnya jauh lebih aman, mencerminkan tekanan stres dan kepanikan justru lebih bersifat sistemik dalam manajemen KA!" tegas Umar. "Masinis dan KA-nya hanya sekrup kecil dari sistem keseluruhan! Lebih jauh lagi, sistem manajemen KA hanya salah satu unit dari sistem lebih besar—pengelolaan BUMN sebagai tangan pemerintah!"

"Jaringan pemerintahan, seperti listrik, kalau generator pusatnya byarpet, di ujung-ujung jaringan dengan sendirinya ikut byarpet!" timpal Amir. "Jika Menhub Fredy Numberi cenderung menilai kecelakaan KA di Petarukan human error, yang error itu masinis, atasan masinis, atasan dari atasan masinis, dan atasan-atasan seterusnya lagi!"

"Masalahnya, kepanikan terjadi akibat stres pada masinis, stres itu tekanan! Dan tekanan, secara umum, datang dari atas! Kalau dari bawah disebut dongkrak!" tegas Umar. "Stres yang berlapis-lapis dari atas itu semua menumpuk di kepala masinis, matanya jadi tak mampu melihat sinyal dengan benar hingga memacu keretanya di jalur salah!"

"Karena itu, berdasar prinsip pemerintah sebagai pusat generator listrik—termasuk atas masyarakat bangsa yang harus dibuatnya 'nyala'—kunci untuk menyembuhkan dari kepanikan bangsa yang stres itu adalah mengusahakan agar pusat generator itu tidak lagi byarpet!" timpal Amir. "Tapi usaha itu sia-sia jika byarpet itu justru dianggap sebagai keunggulan pusat generatornya, malah ngotot dipertahankan! Tak aneh jika itu pangkal frustrasi, kepanikan, dan stres masif maupun sistemik!"

0 komentar: