"PERGANTIAN pejabat atau disebut rolling usai pilkada itu keniscayaan!" ujar Umar.
"Pilkada itu proses suksesi, perebutan kekuasaan untuk pergantian rezim—
sirkulasi elite! Dahulu perebutan kekuasaan dilakukan dengan saling bunuh, seperti Tunggul Ametung dibunuh Ken Arok, Ken Arok dibunuh Ken Umang! Kini suksesi dilakukan secara demokratis lewat dukungan suara rakyat terbanyak!"
"Tapi keniscayaan sebagai konsekuensi suksesi itu tetap berlaku—yang berjasa dapat penghargaan, 'pengkhianat' dapat hukuman!" sambut Amir. "Itu dilakukan lewat restrukturisasi birokrasi oleh pemenang, sehingga tatanan birokrasi lama jadi rolling stone, batu bergelindingan, diganti pejabat baru sebagai proses sirkulasi elite—putaran roda sejarah—
yang di bawah naik dan sebaliknya!"
"Maka itu, tak tahu diri jika seorang pejabat yang sebelumnya dengan gagah mendukung salah satu calon dalam pilkada, saat calonnya kalah dimutasi merengek seolah penguasa baru tidak adil!" tegas Umar. "Seharusnya ia menyadari itu dan dengan gagah menerima kenyataan jagonya kalah—itung-itung kalau zaman dahulu, sejak awal ia memihak sudah siap dihukum berat jika jagonya kalah—disingkirkan dari jabatan dalam rezim baru itu konsekuensi logis sebuah pilihan! Masalahnya, memenangkan pilkada pada perebutan kekuasaan itu bukanlah hal yang mudah, hingga jika dia di pihak yang bertentangan setelah lawan menang mau ikut enaknya juga, kan aneh!"
"Dengan keniscayaan pilkada itu proses suksesi dengan perebutan kekuasaan secara demokratis, dengan janji akan memerintah lebih baik dari yang dikalahkan, penyusunan kembali batu dalam bangunan birokrasi kekuasaan baru harus lebih baik dari sebelumnya!" timpal Amir. "Tapi justru itulah yang sulit dilakukan dalam birokrasi rolling stone! Sebab, untuk mencapai struktur ideal dengan penempatan pejabat sesuai prinsip profesionalisme berdasar kompetensi, prestasi, jenjang pangkat, pengalaman dan lain-lain, tak selalu tersedia cukup orang di jajaran pendukung penguasa baru! Akibatnya, semua harus dicoba dulu, yang masih kurang pas di-rolling lagi, dan rolling lagi! Untuk itu keluarlah justifikasinya, mutasi itu masalah rutin yang biasa saja!"
"Akhirnya, keberhasilan kekuasaan diukur oleh kepuasan penguasa mendapatkan pelayanan dari birokrasinya itu sendiri!" tegas Umar. "Objektif rakyat pemilih untuk mendapatkan pelayanan, infrastruktur dan kesejahteraan yang lebih baik, cukup dipenuhi lewat retorika—meski sering ngawur pula!" ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Senin, 11 Oktober 2010
'Rolling', Suksesi, dan Keniscayaan Sirkulasi Elite!
Label:
gonta-ganti,
Rolling
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar