"WAKIL Presiden Budiono dan Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) membicarakan masalah konflik bernuansa agama yang sesungguhnya berlatar kesenjangan ekonomi!" ujar Umar. "Kata Wapres, kesenjangan ekonomi yang terjadi pada umat Islam itu akibat hasil pembangunan belum merata menetes ke seluruh lapisan masyarakat! Karena itu, perlu pemberdayaan umat melalui pemerataan ekonomi untuk menutup peluang konflik tersebut!" (Kompas, [7-10])
"Ketua MUI Slamet Effendy Yusuf yang ikut dalam rombongan Ketua Umum MUI Sahal Mahfudh itu menyatakan hal seperti itulah yang sering digeneralisasi sebagai konflik agama!" timpal Amir. "Ia memberi contoh, suatu kawasan yang sebelumnya dihuni satu komunitas agama kemudian berubah setelah menjadi hunian baru! Warga asli yang tergusur tetap miskin, sedang penghuni baru dari kelompok kaya kebetulan sebagian besar beda agama! Jadi latar konflik sesungguhnya kesenjangan ekonomi!"
"Masalah utamanya memang kesenjangan! Tapi sejauh ini, masalah kesenjangan itu pun tidak dicarikan solusi sosial budaya, tapi lebih dengan usaha meneteskan kemakmuran pada kelompok miskin yang dasar bernasib malang, lebih setengah abad usaha itu dilakukan berbagai rezim, kemakmuran tak kunjung menetes juga!" tegas Umar. "Pokok masalahnya, karena kemakmuran sejak zaman Belanda selalu enklave—ditembok tinggi secara fisik dan ekonomis—tak kunjung diruntuhkan seperti tembok Berlin! Selain tembok nyata yang memagari real estate kelas atas dari warga sekitarnya, bahkan tembok dalam tembok alias cluster, warga pinggiran dijadikan momok sumber gangguan, secara ekonomis warga kompleks mewah beli sayur dan buah dari supermarket, bukan dari warga sekitar!"
"Dari gambaran itu yang terlihat malah bukan lagi kesenjangan ekonomi, intinya malah kesenjangan budaya!" timpal Amir. "Kesenjangan budaya itu mencolok justru di puncak kemakmuran, seperti Freeport dan sekelasnya, di sekitarnya selalu terdapat kelompok warga termiskin yang amat kontras secara budaya! Kontras nian, jika warga miskin memulung sampahnya saja pun, ditembak satpam!"
"Jadi terlihat, mengatasi kesenjangan ini tak akan cukup hanya dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar menetes ke kaum miskin, karena saluran rembesannya tumpat!" tegas Umar. "Jadi harus membuka sumbatannya lewat dakwah dengan ajaran moral rasa senasib sebangsa terutama pada pihak yang enklave! Tentu bukan sembarang dakwah, tapi dakwah seperti para wali yang menyatukan umat secara budaya!" ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Kamis, 07 Oktober 2010
Konflik Berlatar Kesenjangan!
Label:
konflik
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar