"CITRA politikus semakin buruk karena begitu maraknya kasus korupsi yang dilakukan politikus di semua lini, baik di lembaga legislatif maupun eksekutif!" (Kompas, 3-10) ujar Umar. "Hasil jajak pendapat Lingkar Survei Indonesia (LSI) yang dirilis Minggu (2-10), citra di mata masyarakat tersisa 23,4%! Di mata mahasiswa dan alumnus pendidikan tinggi bahkan tinggal 18%! Turun 20% dari survei terakhir LSI."
"Sosiolog Universitas Indonesia Imam B. Prasodjo mengatakan sistem yang ada saat ini telah mencetak koruptor!" timpal Amir. "Mau partai bersih, dan orang berhati malaikat, yang masuk dalam sistem kepartaian saat ini akan menjadi penjahat, tegas Imam. Hal itu, menurut dia, tidak bisa dijawab dengan jargon perbaikan moral belaka. Harus ada sistem yang dibenahi agar partai politik dan politikus tidak menjadi mesin pengeruk uang!" (Kompas, idem)
"Tapi siapa yang harus membenahi sistemnya karena perubahan UU Politik yang menjadi dasar sistem itu ditangani sendiri oleh para politikus di eksekutif dan parlemen, hingga setiap kali justru selalu dibuat lebih menguntungkan kepentingan mereka—dari memperberat syarat parpol baru sampai mempertinggi
parliamentary threshold—guna meningkatkan hak-hak istimewa mereka!" tegas Umar.
"Sistemnya mereka buat bukan membaik demi kepentingan rakyat, melainkan dirasakan rakyat semakin memburuk seperti tecermin pada citra politikus pada hasil jajak pendapat LSI dari waktu ke waktu!" "Kekuasaan yang bisa membuat peraturan yang serbabisa menguntungkan kepentingan diri dan kelompoknya, kalaupun ada koreksi dari pihak lain bisa saja tak digubris karena tak ada kaitan kekuasaan formalnya, maka kekuasaan seperti itu yang nyata dimiliki para politisi kita telah menjadi kekuasaan absolut!" tukas Amir.
"Jadi, kalau kita sekarang ini merasa tersekap dan tak ada jalan keluar dari sistem yang korup dengan semua tentakel guritanya menyedot rakus darah rakyat, itu tak lain karena kita berada di tengah realitas seperti ungkapan Lord Acton—power tend to corrupt, absolut power corrupt absolutely!"
"Karena itu Imam Prasodjo benar, masalah ini tak bisa dijawab dengan jargon perbaikan moral semata!" timpal Umar. "Soalnya, secara moral (hukum) misalnya, dengan peraturan-peraturan yang mereka buat sendiri hingga memperlonggar gerak mereka dari ketentuan-ketentuan yang bisa menjera, maka secara hukum mereka tak melanggar apa pun! Padahal, tak sedikit anggaran negara yang mereka keruk!" ***
"Sistemnya mereka buat bukan membaik demi kepentingan rakyat, melainkan dirasakan rakyat semakin memburuk seperti tecermin pada citra politikus pada hasil jajak pendapat LSI dari waktu ke waktu!" "Kekuasaan yang bisa membuat peraturan yang serbabisa menguntungkan kepentingan diri dan kelompoknya, kalaupun ada koreksi dari pihak lain bisa saja tak digubris karena tak ada kaitan kekuasaan formalnya, maka kekuasaan seperti itu yang nyata dimiliki para politisi kita telah menjadi kekuasaan absolut!" tukas Amir.
"Jadi, kalau kita sekarang ini merasa tersekap dan tak ada jalan keluar dari sistem yang korup dengan semua tentakel guritanya menyedot rakus darah rakyat, itu tak lain karena kita berada di tengah realitas seperti ungkapan Lord Acton—power tend to corrupt, absolut power corrupt absolutely!"
"Karena itu Imam Prasodjo benar, masalah ini tak bisa dijawab dengan jargon perbaikan moral semata!" timpal Umar. "Soalnya, secara moral (hukum) misalnya, dengan peraturan-peraturan yang mereka buat sendiri hingga memperlonggar gerak mereka dari ketentuan-ketentuan yang bisa menjera, maka secara hukum mereka tak melanggar apa pun! Padahal, tak sedikit anggaran negara yang mereka keruk!" ***
0 komentar:
Posting Komentar