Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Kondisi Negara Serbaparah Nian!


"KONDISI negara kita parah nian! Sebanyak 99,2% responden Jajak Pendapat Kompas 5—7 Oktober menyebut parah perilaku korupsi di lembaga negara!" ujar Umar. "Disusul 93,7% menyatakan parah perilaku politik saling menyerang di antara politisi! Lalu, 88,7% menilai parah penyelesaian kasus korupsi di lingkaran dekat presiden!" (Kompas, 10-10) "Angka-angka hasil jajak pendapai itu mencerminkan apa?" tanya Amir. 

"Akibat perilaku kalangan birokrat dan politikus yang menguasai berbagai instansi negara yang sedemikian, menurut Kompas, mencerminkan penyelenggaraan negara kehilangan arah!" jawab Umar. "Itu juga terlihat dari tingginya ketakpuasan pada kinerja berbagai komponen bangsa!" "Komponen apa saja?" kejar Amir.

"Ketidakpuasan rakyat pada kinerja pemerintah dalam menjamin hak asasi warga negara 75,4%, dalam meningkatkan kesejahteraan umum 81,8%, dan dalam penegakan hukum oleh kepolisian, kejaksaan, kehakiman 84,9%!" tegas Umar. "Mengejutkan penilaian pada KPK, meski masih lebih baik dari lembaga hukum lain, ketakpuasan pada kinerja KPK naik jadi 73,5%! Tapi masih lebih buruk lagi kinerja DPR dalam fungsi perwakilan rakyat, ketakpuasan mencapai 89,4%! Ketakpuasan pada kinerja partai politik dalam fungsi politiknya 88,1%!" (Kompas, idem) "Penilaian Kompas tak meleset, semua itu cerminan penyelenggaraan negara yang kehilangan arah!" tukas Amir. 

"Tapi negara ibarat kapal, ada nakhodanya! Maka secara awam bisa disebut itu kesalahan nakhodanya! Kesalahan nakhoda hingga kapal kehilangan arah itu menyebabkan 13 tahun bangsa melayari reformasi tak kunjung sampai ke tujuan!" "Bahkan kian menjauh dari tujuan!" timpal Umar. "Meskipun demikian, secara teknis tak sepenuhnya salah nakhoda! Misalnya, saat nakhoda memerintahkan belok kanan lima derajat, juru mudi—dalam hal ini menteri—cuma bisa belok tiga derajat! Itu karena birokrasi di kemudi sudah berkarat separah hasil jajak pendapat!" 

"Karena itu, untuk mengatasi semua kinerja yang buruk dimaksud tak cukup hanya bongkar-pasang menteri seperti sedang digarap presiden!" tegas Amir. "Sama pentingnya, harus dilakukan overhaul mesin birokrasi yang berkarat sangat parah itu! Bongkar-pasang menteri tanpa overhaul mesin birokrasi hasilnya takkan jauh beda dari sebelumnya—so nyanda guna!" 

"Kecuali...," potong Umar, "juru mudi baru yang direkrut mengerti mesin, seperti sopir yang bisa bongkar mesin membersihkan karatnya!" "Huahaha...!" Amir terbahak. "Ganti menteri itu seperti ganti bupati! Memang bongkar mesin birokrasi, tapi bukan membersihkan karat, tapi memasang konco dan kerabatnya! Menambah karat lebih buruk lagi!" ***

0 komentar: