SAAT Casey Stoner melitas garis finis dan keluar sebagai juara dunia MotoGP 2011, Temin teriak-teriak histeris “Kita juara! Kita juara!” dengan jingkrak-jingkrak di depan televisi hingga para turis peselancar asal Australia dan Jepang yang nonton bareng di Kafe Pantai Barat tercengang! "Kau kerasukan hantu apa?" Temon merangkul Temin kembali ke tempat duduk mereka.
"Stoner itu warga Australia, tapi itu orang-orang Australia tak jingkrak-jingkrak! Dia jadi juara dunia pakai motor buatan Jepang sekaligus disponsori Honda Motor, tapi warga Jepang di situ juga tetap duduk manis! Sedang kau bukan Australia dan bukan Jepang, bukan sanak (famili) dan bukan kadang (sahabat) Stoner, kok malah jingkrak-jingkrak?" "Stoner jadi juara dengan motor Honda! Aku juga sehari-hari naik Honda bebek!" kilah Temin. "Jadi setiap pengendara sepeda motor Honda berhak mengklaim bagian dari juara, sama-sama pakai motor Honda!"
"Kalau di depan orang asing, apalagi Australia dan Jepang yang lebih pantas untuk jingkrak-jingkrak, bisa memalukan bangsa—mengklaim kebanggaan milik bangsa lain! Kita saja protes ketika Malaysia mengklaim sejumlah kebanggaan milik kita! Maka itu, jangan kita tiru kelakuan yang kita protes itu!" "Tapi ngefan dalam olahraga kan wajar saja!" Temin mempertahankan sikapnya. "Contohnya saat nonton bareng pertandingan MU vs Barca, fan kedua tim saling adu sorak di kafe yang sama! Bahkan saat Piala Dunia tak sedikit warga kita yang ngefan pada Belanda, padahal itu bekas penjajah keji terhadap bangsa kita!"
"Ngefan pada kelompok asing itu bermula pada grup musik atau artis! Itu karena citarasa seni memang universal!" timpal Temon. "Sebaliknya olahraga, fungsi utamanya justru membina rasa kebanggaan nasional! Itu terlihat secara umum dalam Olimpiade, Asian Games dan sejenisnya, atau kejuaraan dunia cabang olahraga! Dengan itu, prestasi wakil negara menjadi kebanggaan nasional, ke situlah warga bangsa ngefan!"
"Tapi sekarang di tingkat dunia cabang olahraga apa bisa kita banggakan? Dulu badminton kita selalu juara dunia, sekarang tidak lagi!" entak Temin. "Apalagi sepak bola, di level Pra-Piala Dunia tiga kali tanding tiga kali keok! Karena ketiadaan yang dibanggakan milik sendiri dalam olahraga, warga kita jadi ngefan bekas penjajah Belanda, MU, maupun Barca! Coba ada Paiman jadi juara dunia MotoGP, pasti aku tak ngefan Stoner!" ***
0 komentar:
Posting Komentar