Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Libya, Demokrasi Sekadar Tameng!


"IRONIS, kemenangan NATO membunuh Khadafi dengan meminjam tangan pejuang Libya untuk dalih menegakkan demokrasi, tercapai bersamaan memuncaknya krisis keuangan Eropa!" ujar Umar. "Banyak orang tak menyadari krisis keuangan Eropa sekarang ini sama sekali tak bisa dilepaskan sebagai akibat dari besarnya pengeluaran biaya perang negara-negara Eropa satu dasawarsa terakhir, dari Afghanistan, Irak, dan terakhir Libya!"

"Bahkan krisis keuangan Eropa merupakan harga yang harus dibayar buat ekspansi militer NATO di luar Eropa, yang menjadikan tujuan menegakkan demokrasi sekadar tameng belaka!" timpal Amir. "Bagi kalangan Eropa sendiri harga mahal operasi militer itu bisa dipahami dengan tujuan-tujuan bisnis yang terselubung di baliknya, seperti demi penguasaan sumur minyak Irak dan Libya, atau penguasaan sumber morfin (resmi untuk kebutuhan medis dunia) di Afghanistan!"

"Bagi kelompok inti dari pemimpin Barat, lebih jauh dari sekadar bertamengkan demokrasi dan bisnis itu, toleransi buat harga amat mahal yang harus dibayar itu demi dukungan Eropa terhadap perjuangan ideologis Amerika Serikat untuk menghancurkan musuh-musuh Barat!" tegas Umar.

"Itu sebabnya, berita kematian Khadafi langsung disusul aneka analisis dari seantero dunia, negara mana lagi yang akan mendapat giliran menjadi sasaran serangan AS dan NATO—lucunya mayoritas analisis bukan menempatkan Yaman, Suriah, dan Bahrain yang pimpinan negaranya terang-terangan menindas demokrasi, melainkan justru mencemaskan Iran sebagai sasaran berikutnya, dengan alasan Iran bisa diasumsikan sebagai musuh Barat terpenting!"

"Pemerintah AS sendiri untuk itu mengelak dari tesis Huntington bahwa seusai perang dingin dengan tumbangnya komunisme, potensi musuh Barat berikutnya adalah kekuatan berorientasi Islam! Obama misalnya, mengobral pernyataan Islam bukan musuh AS dan Barat!" timpal Amir. "Tapi ucapan Obama dan para peminpin Barat itu hanya retorika karena dalam politik praktisnya, meskipun dengan bekal dukungan untuk merdeka dari jumlah negara yang cukup Palestina—sebagai simpul perjuangan umat Islam sedunia—tetap dipencundangi AS hingga tidak bisa mewujudkan kemerdekaannya! Tanpa kecuali sikap itu menjadi anomali bagi konstitusi AS yang menjamin kemerdekaan sebagai hak segala bangsa!"

"Tinggal mau pakai cara apa Barat merajam Iran!" tegas Umar. "Isu nuklir Iran, seperti pada Irak, bisa dijadikan alasan ekspansi ke negara sumber minyak 3,9 juta barel/hari dan kaya uranium itu!" ***

0 komentar: