Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Mending, Ibu Beli Beras Impor 4 Kg!



SEORANG ibu mendamprat penjual beras di pasar tempel, "Katamu beras impor rasanya enak! Kok dimasak dengan air banyak tetap seret ditelan!"

"Ibu beli beras impor berapa kilo?" tanya penjual.

"Empat kilogram!" jawab ibu.

"Mending Ibu beli beras impor yang tidak enak rasanya itu cuma 4 kg!" tukas penjual. "Sedang aku, telanjur membelinya satu ton!"



"Satu ton?" timpal Ibu seketika jadi kasihan pada penjual beras. "Saya sering makan raskin, beras jatah PNS, kali ini terburuk dalam arti paling tak enak! Bisa-bisa para penerima raskin menjual kembali jatahnya untuk ditukar beras lokal!"

"Kalau perkiraan Ibu yang mencicip rasa beras impor terakhir demikian, berarti bakal sukar saya menjual habis yang satu ton itu!" sambut penjual. "Tapi kenapa Lampung yang surplus produksi berasnya selalu dibanggakan, tahun lalu sejumlah kepala daerahnya dapat penghargaan sukses program ketahanan pangan, harus impor beras sampai 60 ribu ton tahun ini?"

"Surplus produksi beras hingga kepala daerah dapat penghargaan presiden terjadi saat musim hujan sepanjang tahun hingga sawah tadah hujan saja bisa panen dua kali!" tegas ibu. "Tapi saat kemarau tak terima penghargaan lagi, karena untuk satu musim tanam pun sawah tadah hujan gagal panen! Jadi hasil program ketahanan pangannya masih tergantung musim! Akibatnya, perlu impor beras sampai 60 ribu ton hanya untuk Lampung saja!"

"Jadi program ketahanan pangannya tergantung musim? Kalau musim bagus dapat penghargaan, ketika musim kurang bersahabat malah minus hingga harus impor dalam jumlah amat besar!" tukas penjual. "Kalau begitu programnya bukan ketahanan pangan, melainkan ketidaktahanan pangan! Sebab kalau ketahanan pangan, kemarau sepanjang tahun pun bisa bertahan tetap tidak kekurangan! Untuk kegagalan program itu, kesalahannya terletak di mana?"

"Terletak di DPRD provinsi dan kabupaten-kota!" tegas Ibu. "Soalnya, dari zaman ke zaman DPRD memberikan porsi anggaran relatif kecil pada program ketahanan pangan atau pertanian tanaman pangan, serta pendukung antarsektor umumnya! Pendukung antarsektor ini misalnya pembangunan irigasi untuk sawah tadah hujan, hingga saat kemarau tetap bisa berproduksi!"

"Selain itu, soal rasa harus dijadikan syarat dalam impor beras, bukan asal untungnya besar saja!" timpal penjual. "Semisal beras Jepang, yang diekspor sisa produksi untuk menjaga stabilitas harga beras di dalam negeri mereka!" ***

0 komentar: