Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Hebat, Kaum Tani Makan Beras Impor!


"KALAU rasa nasi kita agak aneh, jangan protes! Soalnya, di warung ada beras impor harganya lebih murah!" tutur ibu. "Kupikir pasti hebat, kita kaum tani makan beras impor!" 


"Memang hebat!" timpal ayah. "Apalagi paceklik gagal panen sawah tadah hujan akibat kemarau panjang! Cuma, apa ceritanya beras impor bisa nyasar ke warung desa, padahal beras impor biasanya untuk TNI-Polri dan pegawai negeri?" 


"Justru karena jatah pegawai negeri, kata orang di warung bisa lebih cepat beredar ke pasar!" jawab ibu. "Banyak pegawai negeri tak doyan beras catu, saat terima langsung ditukar beras Pandan Wangi atau Rojolele! Jadi wajar rasanya kurang enak!" 


"Apa pun rasanya kita libas saja dengan bangga, makan beras impor!" tegas ayah. "Orang kota malah keranjingan barang impor, mulai mobil, pakaian dan aksesori sekujur tubuh, sampai parfum merek impor! Kenapa harus kecil hati makan beras impor, apalagi kita gagal panen!" 


"Tapi orang-orang di warung mengeluh!" timpal ibu. "Kata mereka, masuknya beras impor yang murah merugikan petani Lampung, yang beras produknya berharga tinggi! Jika pasar dibanjiri beras impor murah, 13 September lalu masuk 13.100 ton, pekan ini 21 ribu ton, genap 60 ribu ton akhir tahun, bisa merontokkan harga beras lokal!" 


"Hukum ekonomi begitu! Saat pasokan berlimpah harga turun, apalagi yang berlimpah itu harganya rendah!" tukas ayah. "Para petani Lampung yang bangga dengan nilai tukar petani (NTP) provinsi 123,37 pada Agustus 2011 tertinggi nasional, pasti terusik dengan ancaman penurunan harga hasil panennya akibat dibanjiri produk impor yang harganya jauh di bawah produk lokal!" 


"Apalagi, pembanjiran beras impor itu dilakukan Bulog seolah menolak tekanan para politisi DPRD Provinsi agar Bulog membeli beras petani Lampung!" timpal ibu. "Bukan beras petani yang dibeli Bulog seperti diharapkan para politisi, malah beras impor yang dibanjirkan ke Lampung!" 


"Kewajiban Bulog membeli beras petani!" tegas ayah. "Kewajiban itu implementasi dari tugas negara dan pemerintah membina petani! Kalau kewajiban itu diingkari, malah berorientasi sistem pasar, berarti kewajiban membina petani dalam melindungi petani dari kejamnya hukum pasar, sudah dilalaikan oleh pemerintah!" 


"Sekarang zaman ekonomi neolib, petani juga harus bersaing melawan raksasa di pasar!" timpal ibu. "Salah satu raksasa yang harus dilawan kaum tani lemah itu, justru Bulog—yang seharusnya mengatrol naik harga produk petani, tapi malah memelorotnya lewat mekanisme pasar!" ***

0 komentar: