Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Demam 'Reshuffle' pun Didramatisasi!


"RILIS Lembaga Survei Indonesia (LSI, 18-9) atas hasil survei yang menyebutkan kepuasan publik pada kabinet SBY-Boediono tinggal 37,7%, disusul Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) melapor rapor merah merata di semua kementerian Kabinet Indonesia Bersatu II (detikNews, 28-9), Presiden SBY pun menegaskan reshuffle kabinet dilakukan sebelum 20 Oktober, genap dua tahun masa kerja KIB II!" ujar Umar. "Demam reshuffle tak terhindarkan, karena prosesnya didramatisasi; digarap di Cikeas, dengan simulasi segala!"

"Dramatisasi rekrutmen menteri sudah dilakukan sejak penyusunan KIB II yang akan dibongkar-pasang lagi!" sambut Amir. "Mulai fit and proper test dengan memanggil setiap calon menteri ke Cikeas, lalu pemeriksaan kesehatan komplet di RSPAD, bahkan ada yang dipanggil dibatalkan! Semua itu memberi kesan rekrutmen menteri bukan sembarangan! Sayang, hasilnya justru menurunkan secara drastis kepuasan rakyat pada pemerintahan SBY hingga tinggal 37,7% dan rapor merah merata di semua kementerian!" 

"Tapi kenapa dramatisasi perekrutan menteri diulang, bahkan ditambah episode simulasi, padahal hasil rekrutmen dengan cara demikian sebelumnya mengecewakan?" tukas Umar. "Mungkin kegagalan KIB II karena dramatisasi rekrutmennya belum pakai tahapan simulasi!" tegas Amir. "Diharapkan dengan tambahan proses simulasi dalam rekrutmennya, KIB II jilid dua yang sedang disusun bisa lebih berhasil! Paling tidak, meningkatkan kembali kepuasan rakyat yang memang diusahakan pengatrolannya lewat dramatisasi proses rekrutmennya!" 

"Jadi dramatisasi itu untuk menaikkan tingkat kepuasan rakyat pada pemerintah?" kejar Umar. "Karena angka kepuasan rakyat itu cenderung selalu tinggi sebelum kabinet bekerja!" tegas Amir. "Justru setelah kabinet bekerja, perlahan tingkat kepuasan rakyat merosot!" "Kenapa bisa begitu?" tanya Umar. "Mungkin karena rakyat kita dari barat sampai ke timur umumnya suka kesenian drama, sandiwara dan sejenisnya, maka dramatisasi bisa diandalkan untuk membuat kepuasan rakyat memuncak!" jawab Amir. 

"Sayangnya tingkat kepuasan rakyat yang tinggi hasil dramatisasi itu tak berhasil dipertahankan oleh kinerja nyata para menteri! Sebaliknya, gaya para menteri cepat memuakkan rakyat sehingga baru jalan dua tahun kepuasan merosot lebih dari separuh! Untuk itu rakyat cuma bisa berdoa agar dramatisasi kali ini menghasilkan menteri yang berkualitas!" ***

0 komentar: