"MENONTON proses reshuffle kabinet kali ini, mula-mula ditampilkan tiga calon wakil menteri, besok empat, lusa tiga lagi, dan seterusnya, lalu nongol calon pengganti menteri, jadi teringat cerita Si Cadel Beli Nasi Goreng!" ujar Umar. "Penonton dibuai cerita yang tak kunjung selesai!"
"Bagaimana cerita Si Cadel itu?" sambut Amir.
"Dia pergi ke penjual nasi goreng dekat rumahnya. 'Bang, beli nasi goleng!' Dijawab, 'Tak ada nasi goleng!' Si Cadel kesal, pulang. Besoknya muncul, 'Bang beli nasi goreng!' penjual tersenyum. 'Pakai apa?' tanyanya. 'Pakai telol!' Cadel keceplos dan lari pulang!" tutur Umar. "Besoknya Cadel datang lagi, 'Bang beli nasi goreng pakai telor!' Penjual tanya, 'Telornya diapakan?' Jawab Cadel, 'Didadal!' Ia lari pulang lagi! Esoknya ia datang lagi, berkata, 'Beli nasi goreng pakai telor dadar!" (Ngakak.org)"
"Artinya, reshuffle kabinet diumumkan lengkap setelah rakyat dibuat bosan mengikuti prosesnya yang bertele-tele!" timpal Amir. "Akibatnya jadi antiklimaks—tak memenuhi tingginya harapan yang dipupuk sepanjang prosesnya!"
"Sebaliknya cerita Si Cadel, mencapai klimaks!" tegas Umar.
"Setelah nasi goreng dibungkus Si Cadel menyerahkan uang Rp3.000 untuk harga nasi goreng Rp2.500, penjual pura-pura lupa karena jika Cadel minta kembalian ia harus berjuang mengucapkan 'lima ratus!' Betul, Cadel mendesak, 'Bang, kembaliannya?' Disambut penjual, 'Berapa?' Setelah tegang dan berkeringat dingin, akhirnya Cadel menjawab, 'Gopek!"
"Setelah nasi goreng dibungkus Si Cadel menyerahkan uang Rp3.000 untuk harga nasi goreng Rp2.500, penjual pura-pura lupa karena jika Cadel minta kembalian ia harus berjuang mengucapkan 'lima ratus!' Betul, Cadel mendesak, 'Bang, kembaliannya?' Disambut penjual, 'Berapa?' Setelah tegang dan berkeringat dingin, akhirnya Cadel menjawab, 'Gopek!"
"Hahaha...!" Amir terbahak. "Artinya, meski terlalu bertele-tele, reshuffle yang diumumkan Presiden tadi malam menurutmu mencapai klimaks?"
"Betul!" tegas Umar. "Klimaks berbentuk harapan yang harus terus-menerus dibangun kembali dengan doa semoga seperti Si Cadel para menteri lama dan baru diberi kemampuan mengatasi kelemahan atau kekurangannya setahap demi setahap berkat bimbingan dan hidayah dari-Nya!"
"Tapi, reshuffle dipicu oleh kasus korupsi, Presiden malah tak peduli pada kelemahan itu! Seperti kata Buya Syafii Maarif saat tokoh lintas agama di Tugu Proklamasi membaca surat terbuka kepada rakyat kemarin, bahwa terkait dengan korupsi sangatlah tidak mungkin Presiden tidak mengetahui korupsi tersebut!" timpal Amir. "Sulit dimengerti oleh pikiran rakyat jika Presiden tidak tahu bagaimana menghentikannya!" (Kompas.com, 18-10)
"Jika Si Cadel tak berusaha melafaz “r” ia tak bisa beli nasi goreng!" tegas Umar. "Juga Presiden, jika tak mau tahu soal korupsi, takkan bisa mengatasi diskredit korupsi terhadap pemerintahannya!" ***
0 komentar:
Posting Komentar