"EKSES krisis keuangan Eropa yang pukulannya telak dirasakan petani karet dan kelapa sawit Lampung dengan jatuhnya harga komoditas ekspor tersebut akibat permintaan melemah, ternyata terus memburuk!" ujar Umar. "Ekspor Indonesia Agustus 2012 menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) turun 12,27% dari Juli, bahkan turun 24,3% dibandingkan Agustus 2011. Defisit neraca perdagangan juga meningkat, dari Juli 180 juta dolar AS jadi 250 juta dolar AS pada Agustus!" (Kompas, 2-10)
"Artinya petani karet dan sawit Lampung, juga petani komoditas ekspor lainnya yang tak bisa lolos dari dampak krisis Eropa, harus semakin mengetatkan ikat pinggang!" timpal Amir. "Kayaknya tak ada jalan keluar buat mengatasi penderitaan petani karet dan sawit yang bisa ditawarkan, kecuali anjuran bersabar menanti badai berlalu—iklim ekonomi global pulih!"
"Saran bersabar itu penting sekali, agar jangan mengulangi nasib petani cengkih saat harga komoditasnya jatuh ramai-ramai menumbang pohon cengkihnya!" tegas Umar. "Lalu ketika harga cengkih kembali tinggi, menyesali!"
"Waktu itu petani membongkar cengkihnya karena marah pada tata niaganya dimonopoli!" tukas Amir. "Kini pemerintah tak melakukan monopoli apa pun atas komoditas milik rakyat itu! Malah pemerintah kayaknya tak berbuat apa pun terkait jatuhnya harga komoditas ekspor perkebunan rakyat itu, mungkin takut kalau kebijakan keliru justru membuat rakyat lebih sengsara!"
"Pemerintah tak membuat kebijakan untuk mengatasi kejatuhan harga komoditas ekspor rakyat itu, karena tanpa kebijakan itu pun target pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan tetap tercapai!" timpal Umar. "Soalnya, faktor terpenting dalam pertumbuhan ekonomi kita bukan produksi, melainkan konsumsi! Dan konsumsi itu bukan konsumsi warga lapisan bawah yang hidup Senin—Kamis, melainkan kelas menengah dan atas yang konsumsinya mobil mewah dan buah impor bisa mendongkrak nilai impor lebih tinggi dari ekspor!"
"Pantas pemerintah tetap tenang menghadapi krisis Eropa hingga petani komoditas ekspor di negerinya terpuruk dan defisit perdagangan terus naik, karena begitu dasar berpikirnya!" tegas Amir. "Soalnya, terpenting asal tumbuh, tak peduli pertumbuhan itu lebih dinikmati buruh dan petani asing sedang buruh dan petani sendiri kian sengsara belaka!" ***
0 komentar:
Posting Komentar