Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Teroris, Kok Tumbuh Terus?

"AWAL pekan lalu teroris menyerang di Poso, Sulawesi Tengah, dua polisi lokal terbunuh!" ujar Umar. "Jumat dan Sabtu, Densus 88 Polri meringkus 11 terduga teroris jaringan Harakah Sunni untuk Masyarakat Indonesia (Hasmi) di Jakarta, Bogor, Solo, dan Madiun! Disita bahan pembuatan bom dan dokumen rencana operasi, antara lain mengebom Konjen AS di Surabaya, Kedubes AS Jakarta, Plaza 89 di Jakarta, dan Mako Brimob Srondol, di Semarang!" "Salut kepada Polri yang selalu berhasil membongkar jaringan teroris, tanpa kecuali jaringan baru yang siap beraksi seperti Hasmi!" timpal Amir. 

"Tapi kenapa teroris terus tumbuh di negeri kita? Bahkan di Poso yang bertahun-tahun tenang, tiba-tiba muncul lagi dengan sasaran polisi seperti jaringan teroris di Solo! Apa penyebab suburnya tumbuh kelompok baru teroris cenderung belum teridentifikasi tuntas, sehingga kita cuma terlalu sibuk menggalang gerakan deradikalisasi, sedangkan di sisi lain jaringan teroris terus tumbuh dan—dari daerah penangkapan yang dilakukan Polri—juga bisa disebut—terus merebak!"


"Gerakan deradikalisasi tidak salah, karena radikalisme di Indonesia juga merebak, bahkan pada Hari Raya Idhuladha kemarin (26-10), massa sebuah kelompok radikal merusak masjid jemaah lain di Bandung!" tegas Umar. "Itu membuktikan gerakan deradikalisasi untuk menekan terorisme maupun radikalisme yang meneror masyarakat dengan kekerasan masif, masih jauh dari berhasil! Artinya, cara radikal, termasuk unsur dari terorisme, tapi bukan cuma itu! Hal paling utama dalam terorisme justru ideologi dengan cara mencapai tujuan lewat jalan penghancuran!" "Gerakan kontra ideologisnya tak tertangani intensif, kecuali secara fisik lewat Densus 88 yang ‘memanen‘ setelah produknya tumbuh!" tukas Amir. 

"Terorisme sebagai 'isme' justru lebih leluasa merebak lewat jaringan maya, lebih-lebih media sosial, hingga sukar dibatasi, apalagi dihabisi, perkembangannya!" "Ideologi terorisme itu revolusioner, bertujuan menumbangkan kekuasaan sah yang ada dan menggantinya dengan penguasa baru yang sesuai 'idea' mereka!" timpal Umar. "Idea itu laku dengan bukti-bukti melimpah di media massa setiap hari, kelompok kekuasaan yang ada memang korup, bahkan secara sistematis, terstruktur, dan masif! Tentu beda kalau kekuasaan yang ada amanah dan bersih, idea liar itu pasti sukar merasuki kaum muda!" ***

0 komentar: