“PERAN media sosial Twitter (dan Facebook) dalam komunikasi politik di Indonesia semakin efektif!” ujar Umar. “Tak kepalang Presiden SBY sendiri yang menyatakan dalam pi¬datonya di televisi nasional Senin (8-9) malam, ia merespons desakan publik untuk mengatasi konflik KPK-Polri, salah satunya akibat tekanan media sosial yang merisaukannya!”
“Tekanan media sosial itu kini le¬wat fiksi mini bergaya canda!” timpal Amir. “Contohnya saat Minggu (7-10) pagi, massa gerakan Save KPK demo di Bundaran HI dengan mayoritas poster berbunyi ‘Where Are You Mr. Presi¬dent?’
dibuai nyanyian massal lagu Ayu Tingting Di Mana Di Mana?, di Twitter ramai fiksi mini. Seperti, @sibangor: PRESIDEN HILANG! –Adik ketakutan, ‘Maaf, tak sengaja kupencet tombol delete.” atau @penenun...kata: ‘MENCARI PRESIDEN DALAM TUMPUKAN JERAMI!’ –’Ketemu?’ –’Tidak’. Ini hanya ada janji-janjinya!” (Kompas, 9-10
)
“Begitulah! Kalau ribuan fiksi mini beraneka canda seperti itu merebak sepanjang siang dan malam, bisa mabok juga orang yang jadi ob¬jek tertawaan!” tegas Umar. “Apalagi kalau yang jadi objek itu seorang Presiden, langsung disebut Presiden dalam ribuan fiksi mini itu! Bukan mustahil media sosial jadi kian efektif sebagan penekan dalam komu¬nikasi politik!”
“Keistimewaan media sosial itu, ia merebak sendiri le¬wat satu kelompok jaringan, lalu setiap sel di dalamnya akan merebak lagi dalam kelompak jaringan masing-masing sel, dan berlanjut merebak dari setiap sel terkait berikutnya!” timpal Amir.
“Memang setiap pesan bisa dilacak sumber awalnya, tapi kalau sudah ribuan pesan senada berkecamuk, kewalahan juga menindaknya andai ada yang kesal pesan-pesan itu menyakitkan perutnya! Menindak seorang koruptor dengan bukti berlimpah saja sukar tuntas, apalagi menindak ribuan pengirim fiksi mini ke dunia maya!”
“Justru dengan keistimewaan itu peran media sosial ter¬us semakin efektif sebagai penekan dalam proses komu¬nikasi politik!” tegas Umar. “Dibanding media lain yang perlu waktu lebih khusus untuk memproses penyiaran¬nya, media sosial dengan jauh lebih masif pelakunya bisa lebih cepat dan lebih praktis!”
“Kritik media sosial juga lebih cerdas, bernas, dan kena sasaran!” timpal Amir. “Dengan itu, jika penguasa tak pedu¬li, bisa konyol jadi tertawaan rakyat seantero negeri!” ***
0 komentar:
Posting Komentar