"DI Indonesia banyak gagasan baik, kebijakan bagus, bahkan program unggulan masih selalu dipertanyakan implementasinya, tanpa kecuali solusi dari Presiden yang disampaikan dengan tegas dan jelas di tayangan televisi nasional!" ujar Umar.
"Termasuk solusi atas konflik KPK-Polri yang ia sampaikan Senin (8-9) malam!"
"Implementasi solusi Presiden atas konflik KPK-Polri itu kayaknya tak sepenuhnya mulus!" timpal Amir.
"Di pita berjalan Metro TV Selasa (9-10) petang muncul berita, 'Banleg DPR RI putuskan melanjutkan pembahasan revisi UU KPK’. Bersamaan itu hadir berita 'Kadiv Humas Polri: Penyidikan kasus Novel Baswedan di Bengkulu dilanjutkan!"
"Itu dia!" sambut Umar. "Padahal poin empat solusi Presiden itu berbunyi, 'Revisi UU KPK sepanjang untuk memperkuat dan tidak memperlemah KPK
sebenarnya dimungkinkan, tetapi kurang tepat dilakukan saat ini. Lebih baik sekarang ini meningkatkan sinergi dan meningkatkan upaya pemberantasan korupsi’.
Di poin 2, 'Keinginan Polri untuk melakukan proses hukum Novel Baswedan tak tepat baik segi timing maupun cara penanganannya." (Kompas, 9-10)
"Seperti itulah kenyataan implementasinya!" tegas Amir. "Pihak-pihak di DPR maupun Polri ada yang enggan kehilangan muka!"
"Sebaliknya, dengan egoisme mereka itu justru wajah Presiden yang babak belur, terkesan pidato Presiden yang penting dan dramatis itu mereka anggap enteng, selayak Opera van Java belaka!" entak Umar.
"Kalau DPR mungkin masih bisa dipahami, karena meski mayoritas koalisi pendukung Presiden, juga ada dari kalangan oposisi! Tapi dari dapur Polri, apa-apaan sampai begitu, terkesan menyepelekan isi pidato Presiden! Katakanlah kalau mereka tak setuju isi pernyataan Presiden itu, mungkin tidak harus dikemukakan ke publik, tapi cukup diam-diam mereka jalankan kengebetan yang tak lagi bisa mereka tahan tersebut!"
"Tapi itu terjadi akibat gaya kepemimpinan penguasa kita! Kalau sudah bicara mengenai sesuatu, apalagi bersifat solutif, beranggapan persoalan itu telah selesai!" timpal Amir. "Apakah implementasi dari solusi yang ia sampaikan itu jalan atau tidak, seolah bukan urusannya lagi! Akibatnya seperti itu, anak buah maupun pihak-pihak yang selayaknya menghormati ucapannya, ludahnya belum kering pun sudah keburu dimentahkan!" ***
0 komentar:
Posting Komentar