Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Gobak Sodor 'Corrupfare State'!

"KALAU dalam welfare state semua kegiatan di negara itu diorientasikan untuk kesejahteraan rakyatnya, dalam corrupfare state kegiatan lembaga formal negerinya diorientasikan pada kepentingan koruptor!" ujar Umar. "Tak berarti dalam corrupfare state itu tak ada etika dan aturan ideal berdasar moralitas universal! Aturan main itu tersedia lengkap, tapi seperti permainan gobak sodor, pihak yang baik—sejenis KPK—jalannya justru dihalangi di setiap garis yang harus dilalui dalam usahanya mencetak angka kemenangan bagi timnya!" "Begitulah!" timpal Amir. 

"Dalam gobak sodor corrupfare state itu, kepentingan koruptor yang justru selalu diuntungkan dalam setiap proses permainan! Lolosnya pemain melewati garis-garis yang dijaga untuk kepentingan koruptor merupakan prestasi luar biasa! Karena itu, angka kemenangan tim sejenis KPK selalu sangat kecil baik kuantitatif maupun kualitatif dibandingkan besar dan luasnya skala korupsi di negeri corrupfare state tersebut!"

"Masalah utamanya karena aturan main itu, meski dibuat berdasarkan etika dan moral, sejak penyusunan awalnya sudah disiapkan lubang-lubang untuk penyimpangan!" tegas Umar. "Akibatnya terjadi pseudomatika, hanya seolah-olah saja aturan itu dijalankan, padahal yang efektif justru penyimpangan aturan sekaligus dari etika dan moral! Maka itu, di corrupfare state kalangan pertama yang tersandung di garis gobak sodor adalah para pembuat aturan, para legislator—bukan cuma di pusat, melainkan juga legislator daerah!" "Lalu siapa yang diuntungkan penyimpangan sejak pembuatan aturan itu menjadi sasaran jerat berikutnya!" timpal Amir. 

"Selanjutnya pihak-pihak yang ikut bancakan proyek itu pura-pura tak tahu ada bancakan, membantah keterlibatannya setiap ditanya wartawan!" "Semua itu berjalan karena korupsi telah menjadi keseimbangan kosmis kekuasaan!" tukas Umar. 

"Banyak orang berjuang dengan segala pengorbanan lahir batin untuk meraih kekuasaan hanya karena dalam kekuasaan peluang terbuka untuk korupsi—malah seluas lukisan Lord Acton power tend to corrupt, absolut power corrupted absolutely!" "Korupsi secara absolut itu sudah jadi realitas ketika lembaga sejenis KPK setiap kali jungkir balik tersandung kekuasaan dalam tugasnya!" timpal Amir. "Dan rakyat cuma bisa memajang poster membelanya!" ***

0 komentar: