MASSA Gerakan 'Save KPK' Minggu pagi (7-10) memadati Bundaran HI, mengusung poster 'Di Mana SBY' dengan nyanyian bersama lagu Ayu Tingting 'Di Mana Di Mana; diiringi musik grup band yang hadir di situ.
"Menurut Usman Hamid, tokoh gerakan itu ke Metro TV, aksi itu lanjutan aksi-aksi berbagai elemen aktivis membela KPK dari pelemahan dan kriminalisasi penyidiknya oleh Polri!" ujar Umar. "Gerakan pagi itu bertema 'Di mana SBY?', jelas Usman, karena sikap Presiden SBY yang ragu hingga meski polisi sudah bertindak jauh dalam melemahkan KPK, Presiden tidak bertindak tepat waktu, paling tidak harusnya Jumat malam saat pasukan Polri mengepung gedung KPK! Padahal kata jubirnya, Presiden nonton televisi mengikuti konflik itu, tapi baru Senin (hari ini) akan bicara soal itu!"
"Presiden SBY bukan ragu, melainkan baru akan bicara setelah ada dasarnya!" timpal Amir. "Dan dasar untuk itu kan baru disiapkan oleh Polri, yakni tindakan Polri bukan kriminalisasi, tapi masalah kriminal murni! Dengan begitu bisa dibaca, kalau dari publik atau masyarakat sipil ada gerakan 'Save KPK', dari pihak penguasa juga ada gerakan 'Save Polri'. Jadi secara formal Polri dan atasannya, Presiden, tetap on the track, tak bisa dituding bertindak sengaja melemahkan KPK dalam memerangi korupsi!"
"Lantas bagaimana dengan segala tindakan Polri melemahkan KPK, mulai dari menarik 20 penyidiknya dari KPK, lalu mendaur ulang kasus lama untuk kriminalisasi penyidik yang tak memenuhi penarikan?" kejar Umar. "Apakah semua itu dianggap tak ada karena secara formalitas sudah disiapkan dasar on the track-nya, tak peduli realitasnya KPK sudah babak belur hingga kemampuan jajarannya menangani korupsi menurun?"
"Kita tunggu saja apa kata Presiden nanti!" tegas Amir.
"Tapi bagi Polri, selain formalitas di balik tindakannya itu sudah mereka amankan, mereka juga cenderung tak peduli sejauh mana gerakan bangsa memberantas korupsi ini akan berhasil! Contohnya ucapan Wakapolri Nana Sukarna yang terekam Metro TV, sampai kiamat pun korupsi tak akan habis. Karena itu, lebih baik mencegah daripada memberantasnya!"
"Pernyataan Wakapolri itu tidak mengada-ada, sejalan ungkapan Lord Acton, power tend to corrupt!" timpal Umar. "Tapi karena korupsi laten begitu, perlu KPK yang kuat, juga polisi yang konsisten antikorupsi! Maka itu, Save KPK! Save Polri!" ***
0 komentar:
Posting Komentar