"DALAM cerita Melayu penguasa disebut Baginda, dan sabda atau ucapannya lebih tinggi kepastiannya dari hukum!" ujar Umar. "Dalam cerita Jawa, Sabda Baginda selalu diberi label Sabdo Pandito Ratu, suatu yang keramat! Karena itu layak orang terkejut ketika Sabda Baginda Presiden ternyata diingkari justru oleh Sang Baginda sendiri!"
"Sabda mana yang kau maksud?" tanya Amir.
"Sabda yang dikutip Kompas (13-10), dalam peringatan Hari Antinarkotika Internasional di Istana Negara 30 Juni 2006, Baginda Presiden bersabda, 'Banyak permohonan grasi dari pelaku kejahatan narkoba yang dilayangkan kepada saya.
Tetapi, Saudara Ketua Mahkamah Agung dan saya sendiri tentu memilih untuk keselamatan bangsa dan negara kita dan generasi muda kita dibandingkan memberi grasi kepada mereka yang menghancurkan masa depan," kutip Umar.
"Tapi, nyatanya, sabda itu diingkari sendiri oleh Sang Baginda Presiden dengan memberikan grasi kepada dua terpidana mati kasus narkoba menjadi hukuman seumur hidup atas nama Deni Setia Maharwa alias Rafi Muhammad Majid dan Meirika Pranola alias Ola!"
"Untuk memberi grasi terpidana yang Presiden sebut kejahatannya menghancurkan masa depan tentu ada alasan kuat!" timpal Amir.
"Menurut juru bicara Baginda, untuk pemberian grasi itu telah dipertimbangkan banyak hal, antara lain faktor kemanusiaan!" jelas Umar. "Pemberian grasi terpidana narkoba, lanjutnya, pada prinsipnya tidak akan membuat terpidana menghirup udara bebas di luar penjara!"
"Kalau sudah jelas begitu, buat apa kau emosi banget?" tukas Umar.
"Jangan-jangan ada pesan penting buat bangsa di balik perubahan sikap Presiden dalam masalah narkoba itu!" "Pesan seperti apa kira-kira?" kejar Umar.
"Misalnya Presiden terpengaruh oleh kampanye antihukuman mati dari para aktivis!" tutur Amir. "Apalagi jika kampanye itu mengangkat bukti yang menyadarkannya atas kelemahan aparat hukum di bawah kepemimpinannya, polisi acap salah tangkap dan sejenisnya yang menyebabkan penegakan hukum dan keadilan tak akurat, wajar ia mengoreksi sikapnya demi mengurangi risiko dari kelemahan penegakan hukum di bawah kepemimpinannya itu!"
"Kalau itu realitasnya, mau apa lagi!" tegas Umar. "Tapi terus terang dong agar orang tak berprasangka negatif!" ***
0 komentar:
Posting Komentar