"ANGKA inflasi ternyata justru 'menyejukkan'!" ujar Umar. "Ketika banyak orang cemas dengan kenaikan harga premium sampai 44,44% dari Rp4.500/liter jadi Rp6.500/liter, angka inflasi pada Juni 2013 cuma 1,03%. Menurut Kepala BPS Suryamin, Senin, tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Juni) 3,35%, sedang Year to Year (Juni 2012 ke Juni 2013) sebesar 5,9%."
"Menurut Menteri Keuangan Chatib Basri, pada angka inflasi bulan Juni dampak kenaikan harga BBM belum signifikan, karena kenaikan itu baru berjalan seminggu!" timpal Amir. "Tapi lihat nanti inflasi Juli, akan terlihat dampak inflasi sebenarnya dari kenaikan harga BBM!"
"Begitupun angka inflasi tetap menyejukkan! Dalam arti, angkanya jauh dari beban kenaikan harga yang sebenarnya dipikul rakyat!" tegas Umar. "Itu terjadi karena angka inflasi dicatat dari perubahan harga semua barang dan jasa dalam kelompok tertentu! Pada kelompok bensin yang premium subsidi naik 44,44% dan solar 22,22%, kata Suryamin angka inflasinya cuma 0,34%, perubahan harga dari Mei 2013 sebesar 12,48%! Itu karena angka inflasi rata-rata dari kelompok yang banyak jenisnya!"
"Maka itu, jika kenaikan tarif angkot 25% dari Rp2.000 jadi Rp2.500 tercatat inflasinya di kelompok angkutan cuma 0,18%, betapa berat beban langsung yang dipikul rakyat jika inflasi sepanjang tahun 2013 ini menurut Kepala Biro Humas Bank Indonesia Difi A. Johansyah akan mencapai 7,2%!" tukas Amir. "Jadi jelas, angka inflasi secara realistis justru menjadi penyejuk hati!
Karena, kenaikan BBM yang nyata dipikul rakyat bebannya seberat 44,44% itu, pada angka inflasinya cuma jadi 0,34%! Begitu pula ongkos angkot yang naik 25%, pada angka inflasi cuma jadi 0,18%! Padahal, beban yang nyata dipikul rakyat 44,44% dan 25%!"
"Artinya ke depan para pembuat kebijakan publik jangan gegabah menyepelekan angka inflasi dampak kebijakannya yang hanya nol koma persen, karena setiap nol koma itu beban nyata yang harus dipikul rakyat berat sekali!" timpal Umar. "Terbaik untuk setiap kebijakan dipertimbangkan beban nyata yang dipikul rakyat, bukan terpaku pada angka inflasi dampaknya yang terbukti cuma lebih menyejukkan hati pembuat kebijakan! Sedang bagi korban kebijakannya, semakin berat derita yang harus mereka tanggung!" ***
0 komentar:
Posting Komentar