Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Kisah Bangkrutnya Kota Detroit!

“DETROIT, kota besar sentra in­dustri baja dan otomotif di AS, Kamis (18-7), lewat tim Negara Bagian Michigan me­minta hakim memvonis mereka pailit alias bangkrut!” ujar Umar. 

“Kata manajer tim itu, Kevyn Orr, utang Kota Detroit 15 miliar dolar atau sekitar Rp151 triliun! Bulan depan mereka tak mampu lagi memenuhi kewajibannya! Vonis bangkrut mengizinkannya melikuidasi aset kota untuk membayar kreditur dan pensiunan!” (Kompas.com, 19-7)

“Kota Detroit 1950 berpendu­duk 1.850.000 jiwa, 2010 tinggal 710.000 jiwa. Rumah, toko, kantor, dan pabrik ditinggalkan mangkrak, jadi sarang gangster kriminal, bandar narkoba yang merusak moral warganya—Detroit jadi kota paling tinggi tingkat kriminalitasnya di AS!” 

“Detroit kota industri tempat perusahaan besar, seperti Packard, Hudson, dan Studebaker bermarkas, dengan ratusan perusahaan lebih kecil, termasuk ribuan bisnis menengah dan kecil yang makmur usai Perang Dunia Ii sampai medio awal 1950-an!” tutur Umar. 

“Detroit yang berkilau menjadi kumuh secara umum akibat deindustrialisasi! Proses­nya sejak paruh kedua 1950-an, menurut ekonom Walter E. Williams yang dikutip Wikipedia, dipicu oleh kebijakan kota berbasis ras yang berakibat warga kulit putih kabur meninggalkan kota, menurunkan pendapatan berbagai pajak, mempersempit kesempatan kerja, melemahkan daya beli konsumen dalam kota!” 

“Sejak 1958 pabrik-pabrik besar ditutup diikuti pabrik lebih kecil, toko dan usaha warga kulit putih ditinggal kabur, ekonomi Detroit praktis lumpuh!” tukas Amir. “Kesulitan ekonomi itu meletus jadi kerusuhan besar 1967, warga Afro-American menjarah dan membakar rumah dan toko! Dalam kerusuhan lima hari itu 43 orang tewas—33 kulit hitam dan 10 kulit putih! Lebih 200 polisi, pasukan garda nasional dan militer, luka-luka! Sejak itu Detroit dikuasai berbagai kelompok gangster terkenal!” 

“Pada 1994, politisi Coleman Young terpilih jadi wali kota pertama kulit hitam! Perlahan Detroit dibenahi, tapi tanpa pendapatan dari dunia usaha, pelayanan dilakukan dengan anggaran defisit!” timpal Umar. “Hikmahnya, anggaran defisit tanpa menumbuhkan bisnis feedback pendapatan asli daerah, pemerintah lokal bisa bangkrut—kriterianya, ketika tak mampu lagi memenuhi kewajibannya, terutama melayani rakyat seperti memperbaiki jalan!” ***

0 komentar: