"SETELAH ketahuan
pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2013 hanya 6,02%, semua pihak memangkas
proyeksinya!" ujar Umar. "Pertama akhir Mei BI memangkas proyeksi
kuartal II, menjadi 5,9%. Disusul S&P awal Juni memangkas proyeksi 2013
dari 6,8% menjadi 6,2%. Lalu APBNP, mengubah proyeksi 2013 dari 6,8% menjadi
6,3%. Terakhir Bank Dunia, Selasa (2-7), memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi
Indonesia 2013 jadi hanya 5,9%!"
"Itu dipangkas dari proyeksi 2013 Bank Dunia sebelumnya 6,2%—bahkan juga lebih rendah dari pertumbuhan 2012, 6,23%!" timpal Amir. "Penyebabnya seperti dikutip The Wall Street Journal (2-7), pemulihan perekonomian global yang lebih lambat dari perkiraan serta pelemahan proyeksi investasi asing langsung terhadap Indonesia!"
"Dalam laporan outlook ekonomi kuartalan tentang Indonesia, Bank Dunia menyatakan pemulihan ekspor akan lebih lesu dan pertumbuhan impor melambat! Kondisi itu mencerminkan pelemahan investasi!" tukas Umar. "Laju inflasi diproyeksi tahun ini 7,2% akibat kenaikan harga BBM, daya beli rakyat merosot diikuti turunnya permintaan produksi domestik maupun impor! Pelambatan yang jadi simultan memunculkan tekanan-tekanan baru, membutuhkan kesiapan bagi penyesuaian kebijakan selanjutnya untuk mengamankan stabilitas ekonomi makro dan menjaga momentum pertumbuhan!"
"Ekses pelemahan ekonomi itu bahkan sudah menyesakkan rakyat di level bawah!" tegas Amir. "Tekanan eksternal akibat lemahnya permintaan ekspor oleh lambatnya pemulihan ekonomi global, menurunkan harga komoditas—kelapa sawit TBS tinggal Rp250/kg, tak cukup buat biaya panen! Tekanan domestik dan eksternal yang simultan itu, multiplier effect-nya bisa menyebabkan banyak warga jatuh masuk kriteria miskin!"
"Ketika semua pihak memangkas proyeksi pertumbuan yang dibuatnya sendiri, itu isyarat aura negatif sedang menyekap!" timpal Umar. "Artinya kita harus lebih waspada dari ketika serbanyaman tapi kita justru lalai hingga tersudut di bawah berbagai tekanan! Sikap waspada terbaik itu skeptis, gigih mencari apa yang salah untuk diperbaiki agar bisa cepat keluar dari tekanan dan aura negatif!" ***
"Itu dipangkas dari proyeksi 2013 Bank Dunia sebelumnya 6,2%—bahkan juga lebih rendah dari pertumbuhan 2012, 6,23%!" timpal Amir. "Penyebabnya seperti dikutip The Wall Street Journal (2-7), pemulihan perekonomian global yang lebih lambat dari perkiraan serta pelemahan proyeksi investasi asing langsung terhadap Indonesia!"
"Dalam laporan outlook ekonomi kuartalan tentang Indonesia, Bank Dunia menyatakan pemulihan ekspor akan lebih lesu dan pertumbuhan impor melambat! Kondisi itu mencerminkan pelemahan investasi!" tukas Umar. "Laju inflasi diproyeksi tahun ini 7,2% akibat kenaikan harga BBM, daya beli rakyat merosot diikuti turunnya permintaan produksi domestik maupun impor! Pelambatan yang jadi simultan memunculkan tekanan-tekanan baru, membutuhkan kesiapan bagi penyesuaian kebijakan selanjutnya untuk mengamankan stabilitas ekonomi makro dan menjaga momentum pertumbuhan!"
"Ekses pelemahan ekonomi itu bahkan sudah menyesakkan rakyat di level bawah!" tegas Amir. "Tekanan eksternal akibat lemahnya permintaan ekspor oleh lambatnya pemulihan ekonomi global, menurunkan harga komoditas—kelapa sawit TBS tinggal Rp250/kg, tak cukup buat biaya panen! Tekanan domestik dan eksternal yang simultan itu, multiplier effect-nya bisa menyebabkan banyak warga jatuh masuk kriteria miskin!"
"Ketika semua pihak memangkas proyeksi pertumbuan yang dibuatnya sendiri, itu isyarat aura negatif sedang menyekap!" timpal Umar. "Artinya kita harus lebih waspada dari ketika serbanyaman tapi kita justru lalai hingga tersudut di bawah berbagai tekanan! Sikap waspada terbaik itu skeptis, gigih mencari apa yang salah untuk diperbaiki agar bisa cepat keluar dari tekanan dan aura negatif!" ***
0 komentar:
Posting Komentar