"MILITER Mesir dipimpin Jenderal Abdel-Fatah El-Sisi Rabu malam (Kamis, pukul 02.00 WIB) mengudeta Presiden Mesir yang terpilih secara demokratis, Muhammad Mursi, dan mengangkat Ketua Mahkamah Agung Adly Mansour jadi presiden sementara!" ujar Umar. "Militer menutup siaran lokal Aljazeera dan tiga televisi milik Ikhwanul Muslimin (Al Ikhwan) serta menangkap300 tokoh Al Ikhwan!"
"Krisis Mesir memuncak Senin ketika ratusan ribu demonstran anti-Mursi di lapangan Tahrir bergerak membakar kantor pusat Al Ikhwan!" timpal Amir. "Meredam massa anti-Mursi agar tak menyerang massa pro-Mursi yang juga ratusan ribu orang di dekat Istana, militer Senin malam mengeluarkan ultimatum kepada Mursi agar dalam 48 jam memenuhi tuntutan massa di lapangan Tahrir, mengundurkan diri! Hingga jatuh tempo 48 jam Mursi menolak mundur, militer pun mengudetanya!"
"Mursi, profesor di Amerika Serikat, Juni 2012 sebagai calon Al Ikhwan terpilih jadi presiden dalam pemilu demokratis buah revolusi musim semi!" jelas Umar. "Konflik muncul saat Mursi mengamendemen konstitusi yang disusun kaum reformis pasca-Mubarak! Amendemen amat menguntungkan golongan mayoritas yang dipimpinnya lolos lewat referendum!"
"Itu menyulut perlawanan kaum minoritas, yang bersatu dalam aksi tiada henti hingga keamanan terganggu, investor dan turis kabur!" tukas Amir.
"Akibatnya rezim Mursi gagal membangun ekonomi, kehidupan rakyat semakin sulit hingga di seantero negeri mereka ikut oposan menuntut Mursi mundur!"
"Dilihat dari proses kejatuhannya itu, Mursi dan rezimnya layak disesalkan karena dengan bendera Al Ikhwan gegabah mengutamakan kepentingan golongannya, mengamendemen konstitusi buatan para pejuang reformasi!" timpal Umar. "Padahal saat negara Israel didirikan Inggris, Prancis, dan AS tahun 1947, pendiri Ikhwanul Muslimin Hasan Al Banna mengerahkan sejuta pemuda Arab dari semua golongan menduduki Palestina! Tapi sayang, oleh Mursi dan kawan-kawan visi Al Ikhwan itu dipersempit hanya untuk kepentingan golongannya saja!"
"Begitu pun keprihatinan kita mendalam atas kudeta militer mengakhiri pemerintahan sipil hasil pemilu demokratis!" tegas Amir. "Kudeta itu membunuh demokrasi!" ***
0 komentar:
Posting Komentar