Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

MUI 'Blacklist' 3 Tayangan Sahur!

"MUI—Majelis Ulama Indonesia—mem-blacklist tayangan acara sahur di televisi yang isinya justru kontra nilai-nilai Ramadan!" ujar Umar. "Ketiga acara itu Yuk Kita Sahur di Trans TV, Sahurnya OVJ di Trans7, dan Sahurnya Pesbuker di ANTV! Sementara RCTI dan MNC diminta memperbaiki tayangan sahurnya!" 

"Menurut Ketua Infokom MUI Sinansari Ecip, kemasan komedi acara sahur yang di-blacklist itu sadis dan berbau pelecehan, menertawakan kebodohan serta bergoyang yang tidak islami!" timpal Amir.

"MUI bekerja sama dengan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mengawasi tayangan televisi, merekomendasi yang tidak sesuai. KPI Pusat yang menegur dan menindak bila setelah diberi peringatan tidak ada perubahan!" 

"Tayangan sahur yang dikemas dalam komedi itu sebenarnya bertujuan menghibur!" tukas Umar. "Dan, menghibur merupakan salah satu fungsi media massa (pers) sesuai UU tentang Pers No. 40/1999. Tiga fungsi lainnya menyebar informasi, mendidik, dan menyampaikan kritik atau kontrol! Dalam kasus tiga tayangan yang di-blacklist MUI itu, sajian hiburan leluconnya tidak lucu, tetapi dipaksakan dengan cara dan teknik berlebihan untuk membuat orang tertawa—bukan karena lucu, melainkan konyol!" 

"Tetapi lawakan dengan gaya keras secara fisik hingga bisa dikategorikan sadis itu sebenarnya juga bersifat universal!" timpal Amir. "Gaya itu dominan dalam era film hitam putih zaman Charlie Chaplin!" "Masalahnya nilai yang terkandung lawakan itu, baik dialog maupun gerak aktingnya, dinilai MUI bertentangan dengan nilai Ramadan!" tegas Umar. 

"Jadi, selain model akting dan dialog lawakannya meniru gaya zaman Chaplin itu mencerminkan kemunduran zaman, isinya bertentangan pula dengan nilai Ramadan yang bersifat sakral! Itu yang perlu dipertimbangkan media, sesuai versi MUI, menghibur dengan tidak melupakan fungsi media untuk mendidik!" 

"Lawakan yang ngetren dewasa ini secara universal bermain logika, sejenis kelirumologi Jaya Suprana yang dijabarkan dalam akting dan dialog!" timpal Amir. "Tetapi lawakan model ini, seperti dimainkan Srimulat zaman Asmuni, merupakan kerja intelektual karena harus menguasai sistem sosial masyarakatnya dan mengangkat penyimpangan sistem itu menjadi guyon yang berisi kritik sosial! Guyon versi Asmuni, mendidik dan mencerdaskan!" ***

0 komentar: