"UNTUK menahan laju inflasi Juli 2013 akibat kenaikan harga BBM pada 2,3%—2,5%, Bank Indonesia (BI) Kamis (11-7) menaikkan suku bunga acuan atau BI rate 50 basis poin (bps) jadi 6,5%!" ujar Kakek.
"Ini kenaikan kedua setelah Juni BI rate naik 25 bps. Suku bunga fasilitas simpanan BI (fasbi) yang bulan lalu juga naik 25 bps kini ikut dinaikkan 50 bps jadi 4,75%!"
"Logikanya apa, Kek, kalau suku bunga bank naik laju inflasi tertahan?" tanya Cucu.
"Kalau suku bunga bank naik, masyarakat dan para pengusaha lebih berat memikul bebannya membayar bunga bank, mengurangi belanja konsumsinya!" jawab Kakek. "Dengan belanja konsumsi turun, inflasi jadi lebih rendah!"
"Penjelasan Kakek tak lucu!" entak Cucu. "Tak mungkin BI membuat keputusan bermodus memberatkan masyarakat memikul bebannya, sekaligus bisa menurunkan konsumsi, padahal konsumsi andalan pertumbuhan ekonomi kita, sumbangannya ke PDB lebih 50%!" "Kan BI lebih dahulu memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia jadi 5,9%!" tegas Kakek.
"Kenaikan harga BBM untuk menyehatkan APBN dari beban subsidi, harus ada yang dikorbankan! Dalam hal ini yang dikorbankan masyarakat, selain harus memikul beban kenaikan harga barang-barang dengan inflasi tinggi, juga beban menahan laju inflasi, yakni kenaikan suku bunga bank!" "Meskipun demikian, logika Kakek tetap kunilai akal-akalan!" tukas Cucu.
"Tekanan kondisi ekonomi global yang justru memburuk terseret krisis zona euro, sedang perbaikan ekonomi Amerika malah menyedot dolar pulang kandang—termasuk dari Indonesia—sementara China mesin ekonomi terbesar kedua dunia sebagai pasar ekspor Indonesia tiba-tiba jadi suram (Kompas.com, 10-7), ekspor Juni Negara Tirai Bambu anjlok 3,1% dan impor turun 0,7% dari periode sama tahun lalu!"
"Masalahnya tampak kan, BI selaku pengendali moneter terjepit dari luar dan dalam!" sambut Kakek. "Dari luar krisis ekonomi global, dari dalam kebijakan pemerintah dibuat di tengah badai krisis global! Menaikkan suku bunga bisa membuat modal asing di sini agak nyaman! Suku bunga acuan Bank Sentral negara maju rendah, di Jepang 0,1%! Itu bisa menekan permintaan dolar yang Juni saja melahap cadangan devisa 7 miliar dolar AS!" ***
0 komentar:
Posting Komentar